Piso Gaja Dompak adalah senjata tradisional yang berasal dari Sumatera Utara. Nama piso gaja dompak diambil dari kata piso yang berarti pisau yang berfungsi untuk memotong atau menusuk, dan bentuknya runcing dan tajam. Bernama Gaja Dompak karena ukiran berpenampang gajah pada tangkai senjata Gaja Dompak, senjata khas suku Batak merupakan pusaka kerajaan Batak. Keberadaan senjata ini tidak dapat dipisahkan dari perannya dalamperkembangan kerajaan Batak. Senjata ini hanya digunakan di kalangan raja-raja saja. Mengingat senjata ini juga merupakan pusaka kerajaan, senjata ini tidak diciptakan untuk membunuh atau melukai orang lain. Sebagai benda pusaka, senjata ini dianggap memiliki kekuatan supranatural, yang akan memberikan kekuatan spiritual kepada pemiliknya. Senjata ini juga merupakan benda yang dikultuskan dan kepemilikan senjata ini adalah sebatas keturunan raja-raja atau dengan kata lain senjata ini tidak dimiliki oleh orang di luar ada catatan sejarah yang menyebutkan kapan tepatnya Piso Gaja Dompak menjadi pusaka bagi kerajaan Batak. Namun, dari hasil penelusuran penulis, Piso Raja Dompak ini erat kaitannya dengan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja I. Hal ini berdasarkan kepercayaan masyarakat terhadap mitos berasal dari tradisi lisan yang tercatat dalam tentang seorang bernama Bona Ni Onan, putra bungsu dari Raja Sinambela. Dikisahkan sewaktu pulang dari perjalanan jauh, Bona Ni Onan mendapati istrinya Boru Borbor sedang hamil tua. Dia pun meragukan kandungan istrinya itu. Sampai pada suatu malam ia bermimpi didatangi Roh. Roh itu mengatakan bahwa anak dalam kandungan istrinya adalah titisan Roh Batara Guru dan kelak anak tersebut akan menjadi raja yang bergelar Ni Onan kemudian memastikan kebenaran mimpi tersebut kepada istrinya. Istrinya pun bercerita bahwa ketika ia mandi di Tombak Sulu-sulu hutan rimba, ia mendengar suara gemuruh dan Nampak cahaya merasuki tubuhnya. Setelah mengetahui bahwa dirinya hamil. Ia pun percaya bahwa kala itu ia bertemu dengan roh Batara kehamilannya mencapai 19 bulan dan kelahiran anaknya pun disertai badai topan dan gempa bumi dahsyat. Oleh sebab itulah putranya ia beri nama Manghuntal yang berarti gemuruh gempa. Beranjak dewasa Manghuntal mulai menunjukkan sifat-sifat ajaib yang memperkuat ramalan bahwa dirinya adalah calon masa remaja, Manghuntal pergi menemui Raja Mahasakti yang bernama Raja Uti untuk memperoleh pengakuan. Pada saat ia hendak menemui Raja Uti, ia menunggu sambil memakan makanan yang disuguhkan oleh istri raja. Ketika itu secara tidak sengaja ia mendapati Raja Uti bersembunyi di atap dengan rupa maaf seperti moncong babi..Raja Uti pun menyapa Manghuntal, ia pun menyampaikan maksud kedatangannya menemui raja dan meminta seekor gajah putih. Raja Uti pun bersedia memberi dengan syarat Manghuntal harus membawa pertanda-pertanda dari sekitar wilayah Toba, Manghuntal pun menurut. Setelah itu Manghuntal kembali menemui Raja Uti dengan membawa persyaratan dari Raja Uti. Raja Uti kemudian memberikan seekor gajah putih serta dua pusaka kerajaan yaitu Piso Gajah Dompak dan tombak yang ia namai Hujur Piso Gaja Dompak tidak dapat dilepaskan dari pembungkusnya kecuali oleh orang yang memiliki kesaktian dan Manghuntal bisa membukanya. Pasca itu Manghuntal benar-benar menjadi raja dengan nama Sisingamangaraja I. sampai saat ini masyarakat Batak masih mempercayai mitos sebagai pusaka yang begitu dihormati dan dikultuskan, Piso Gaja Dompak ini memuat simbol-simbol yang bermakna filosofis. Bentuk runcing dari senjata ini, dalam bahasa Batak disebut dengan Rantos yang bermakna ketajaman berpikir serta kecerdasan intelektual. Tajam melihat permasalahan dan peluang, juga dalam menarik kesimpulan dan bertindak..Tersirat bahwa pemimpin Batak harus memiliki ketajaman berpikir dan kecerdasan dalam melihat suatu persoalan. Selalu melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan dan mengambil suatu tindakan sebagai wujud dari 'kecerdasan dan ketajaman berpikir dan meihat persoalan'.Ukiran berpenampang gajah diduga diambil dari mitos memberikan piso gaja dompak dan seekor gajah putih pada Manghuntal atau Sisingamangaraja I. Piso Gaja Dompak adalah lambing kebesaran pemimpin Batak, pemimpin Batak memiliki kecerdasan intelektual untuk berbuat adil kepada rakyat dan bertanggung jawab pada hasil wawancara dengan cucu Sisingamangaraja XII yaitu Raja Napatar, salah satu sumber menyebutkan bahwa Piso Gaja Dompak berada di Museum Nasional. Sementara sumber lain menyebutkan bahwa senjata atau pusaka Piso Gaja Dompak berada di salah satu museum di Belanda bersama dengan stempel kerajaan Kerajaan Sisingamangaraja
Sepertidi Pulau Sumatra misalnya, tak terhitung keris yang ditemukan dari pulau swarnadwipa ini. Selain keris Melayu, Piso Tumbuk Lada dari Karo dan Gaja Dompak milik Dinasti Sisingamangaraja (Batak Toba), jika dilihat dari definisinya, pusaka ini juga masuk kategori keris.Tentang Media berita online adalah satu program kerja Forum Bangso Batak Indonesia FBBI untuk mencapai visinya "Memajukan Bangso Batak di Bonapasogit kampung halaman, semua Puak Batak, baik di pedesaan maupun perkotaan, serta Bangso Batak di manapun berada di Indonesia dan Luar Negeri."
Ukiranyang berpenampang gajah diduga diambil dari sebuah mitos yang memberikan piso Gaja Dompak dan juga seekor gajah putih. Pada Manghuntai maupun Sisingamangaraja 1 ialah lambang kebesaran pemimpin Batak yang mempunyai kecerdasan intelektual guna berbuat adil pada rakyat dan juga bertanggung jawab kepada Tuhannya. Piso Silima Sarung.
Senjata tradisional Sumatera Utara memang sangat beragam. Kekayaan budaya yang ada di tanah Batak ini memang terkenal dengan ciri khas tersendiri. Jenis senjata yang diwariskan secara turun-temurun pun sangat beragam. Banyak hal yang dapat kita pelajari tentang Senjata Asal Sumatera Utara, karena keunikannya. Bagi Anda ygn ingin mengetahui tentang Senjata Tradisional Sumatera Utara, berikut adalah informasi lengkapnya yang admin dapat dari berbagai sumber terpercaya. Daftar Senjata Tradisional Sumatera UtaraTongkat Tunggal Gaja DompakPiso Silima Sitolu Sasarung. Daftar Senjata Tradisional Sumatera Utara Tongkat Tunggal Panaluan. Senjata tradisional ini mempunyai nama tunggal panaluan yang berupa sebuah tongkat berupa relief patung kemudian dihiasi dengan bulu-bulu halus. Tampilannya secara fisik memang tidak begitu memberikan efek serius jika digunakan untuk menyerang seseorang. Meskipun demikian, masyarakat Batak Toba yakin bahwa pada masa lampau Raja Batak menggunakan senjata ini untuk melumpuhkan lawan walaupun tanpa bersentuhan langsung. Tentu saja hal ini mengisyaratkan adanya sisi mistis dari senjata tradisional Sumatera Utara ini. Senjata ini kerap disucikan secara khusus oleh masyarakat setempat. Sekarang ini, masih ada satu tombak tunggal panaluan yang masih tersisa yang disimpan di dalam Museum Gereja Katolik yang ada di Samosir. Piso Karo. Selanjutnya adalah Piso karo senjata tradisional khas Sumatera Utara yang cukup legendaris. Jenis senjata ini nyaris sama dengan pisau gading. Perbedaannya terletak pada bentuk gagangnya yang jika diperhatikan cukup signifikan. Perbedaannya terletak pada cara pembuatannya. Jika pisau gading dibuat dengan cara diukir, mata pisau Karo menggunakan kayu dan tanpa ukiran. Posisi keunikannya terletak pada ujung pegangan yang mempunyai cabang dan sarungnya sudah dilengkapi dengan perak dan suasa sebagai pamornya. Piso Sanalenggam. Berikutnya adalah piso Sanalenggam yang juga merupakan senjata tradisional asal Sumatera Utara. Senjata ini terdiri dari sebilah pedang yang bentuknya cukup unik. Gagangnya terbuat dari kayu yang diukir sedemikian rupa sehingga terlihat seperti patung seorang pria yang tengah menunduk. Adapun bentuk patung pada gagang piso ini sama persis seperti patung-patung suku Maya yang ada di dataran Amerika Tengah. Kemiripan ini pun masih menjadi teka-teki para sejarawan. Piso Toba. Senjata tradisional dari Sumatera Utara berikutnya adalah pisau Toba, dimana piso ini berasal dari masyarakat Batak Toba. Bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan pisau Batak lainnya. Batangnya melengkung ke dalam dengan tujuan agar memudahkan penggunaannya ketika dipegang. Lihat juga Kebudayaan Sumatera Utara Lengkap Piso Gading. Piso ini berupa sebilah pedang dengan bilah yang sangat tajam. Senjata tradisional satu ini disebut Piso Gading dikarenakan gagang pegangannya terbuat dari gading gajah. Disebabkan oleh bahannya yang langka ini, maka pedang ini sudah sangat sulit untuk ditemukan. Adapun satu yang masih tersisa ialah pisau gading peninggalan raja Batak Toba yang dibuat sekitar abad ke-19. Hujur Siringis. Senjata tradisional dari Sumatera Utara berikutnya adalah Hujur Siringis. Senjata ini berbeda dengan senjata tradisional Sumatera utara piso serit. Dari berbagai penulisan sejarah diketahui bahwa Hujur Siringis ini merupakan senjata tradisional yang paling pertama kali ditemukan. Senjata dengan bentuk tombak ini diyakini sebagai senjata utama para prajurit kerajaan Batak di masa yang lampau. Senjatanya terbuat dari kayu yang ringan tetapi kuat dengan bilah pisau yang runcing pada bagian ujungnya. Piso Gaja Dompak Bisa dikatakan bahwa senjata tradisional dari Sumatera Utara yang satu ini cukup terkenal dan bahkan bisa dikatakan yang paling terkenal. Sesuai dengan namanya, senjata ini berupa sebilah pisau yang sudah dilengkapi dengan ukuran ukiran gajah pada bagian gagangnya. Dari sejarahnya, piso Gaja Dompak ini berasal dari warisan raja yang ada di kerajaan Batak pertama yaitu Raja Sisingamangaraja 1. Sebagai pusaka yang diwariskan turun temurun, maka pisau ini tidak pernah digunakan untuk berperang maupun menumpahkan darah. Meskipun begitu, masyarakat tradisional Batak yakin bahwa adanya kekuatan magis yang dipunyai oleh senjata ini. Piso Gaja Dompak adalah pusaka yang mempunyai peran penting dalam perkembangan kerajaan Batak dan biasanya hanya digunakan untuk alarm kalangan Raja saja dari segi sejarahnya pisang raja Jombang ini sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja yang pertama. Hal ini juga didasarkan pada kepercayaan masyarakat setempat dengan adanya mitos yang berasal dari tradisi lisan yang kemudian tercatat dalam aksara. Sejarah senjata tradisional Sumatera Utara ini dikisahkan bahwa pada zaman dahulu, ada seorang bernama Bona Ni Onan yang tidak lain merupakan putra bungsu dari Raja Sinambela Ketika pulang dari perjalanan jauh Bona Ni Onan mendapati istrinya sedang hamil. Ia pun meragukan kandungan istrinya. hingga suatu malam ia bermimpi didatangi seorang roh. Lihat juga Rumah Adat Indonesia Roh itu mengatakan jika anak yang ada di dalam kandungan sang istri adalah titisan roh Batara Guru dan jika anak tersebut kelak akan menjadi raja yang mempunyai gelar Sisingamangaraja. Bona Ni Onan memastikan tentang adanya kebenaran mimpi tersebut kepada sang istri. Istrinya pun bercerita jika ketika ia mandi di tambak sulu atau di hutan rimba ia mendengar adanya suara gemuruh yang kemudian diikuti dengan tampaknya cahaya merasuki tubuhnya. Setelah tahu bahwa dirinya hamil, ia pun percaya bahwa ia tengah bertemu dengan roh Batara Guru. Kehamilannya pun tidak seperti kehamilan pada umumnya yang memakan waktu 19 bulan. Selain itu, saat kelahiran sang anak, terjadi badai topan dan gempa bumi yang dahsyat. Itu sebabnya putranya diberi nama manghuntai yang artinya gemuruh gempa. Ketika beranjak dewasa, Manghuntai mulai menunjukkan sifat-sifat yang ajaib yang memperkuat ramalan bahwa dirinya ialah calon raja. Saat remaja, Manghuntai pun pergi menemui Raja Maha Sakti yang bernama Raja Uti guna memperoleh pengakuan. ketika ia hendak menemui Raja Uti ia menunggu sambil memakan makanan yang disuguhkan oleh istri si raja. Secara tidak sengaja, ia mendapati Raja Uti bersembunyi di atap dengan rupa seperti moncong babi. Raja Uti pun kemudian menyapa Manghuntai dan menanyakan maksud kedatangannya menemui raja. Ia kemudian meminta seekor gajah putih yang kemudian bersedia memberikan syarat itu. Konon, Piso Gaja Dompak ini tidak bisa dilepaskan dari pembungkusnya kecuali orang memiliki kesaktian dan Manghuntai lah yang bisa membukanya ketika itu. Ia pun menjadi raja dengan Sisingamaraja 1. Hingga saat ini masyarakat Batak masih percaya akan adanya mitos ini. Senjata tradisional Sumatera dan penjelasannya ini bisa menjadi informasi hingga saat ini bagi sejarah kebudayaan yang ada di Sumatera Utara. Secara filosofis piso Gaja Dompak memuat simbol-simbol bentuk runcing dari senjata ini di dalam bahasa Batak disebut dengan rantos yang artinya ketajaman berpikir dan juga kecerdasan intelektual. Tajam melihat permasalahan dan peluang juga bisa menarik kesimpulan dan bertindak. Ukiran yang berpenampang gajah diduga diambil dari sebuah mitos yang memberikan piso Gaja Dompak dan juga seekor gajah putih. Pada Manghuntai maupun Sisingamangaraja 1 ialah lambang kebesaran pemimpin Batak yang mempunyai kecerdasan intelektual guna berbuat adil pada rakyat dan juga bertanggung jawab kepada Tuhannya. Piso Silima Sarung. Berikutnya senjata tradisional suku Batak bernama piso Silima Sarung. Arti piso Silima Sarung ini ialah di dalam satu sarung terdapat 5 buah mata pisau sehingga senjata tradisional ini punya ketajaman tersendiri dan harus hati-hati ketika menggunakannya. Menurut orang Batak, manusia lahir ke dunia ini mempunyai empat roh dimana kelima badan yang berubah wujud. Di dalam ilmu meditasi guna mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa maka terlebih dahulu harus menyatukan 4 roh ini. Lihat Juga Pakaian Adat Sumatera Utara Piso Sitolu Sasarung. Senjata tradisional piso Sitolu Sasarung ini ialah pisau yang mempunyai satu sarung yang dimana di dalamnya terdapat tiga buah mata pisau. Pisau ini sendiri melambangkan kehidupan orang Batak yang menyatu pada 3 benua. Adapun ketiga benua itu adalah benua atas, benua tengah, dan juga benua bawah. Selain itu, hal ini juga melambangkan agar debata natolu debata guru yang merupakan kebijakan, batara surya yang artinya keimanan dan kebenaran batara bulan yang merupakan kekuatan tetap menyertai orang Batak dalam kehidupan sehari-harinya. Demikianlah informasi lengkap mengenai senjata tradisional Sumatera Utara. Keragaman budaya yang diwariskan secara turun temurun memang begitu banyak. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan dan bermanfaat untuk ilmu pengetahuan seputar kebudayaan.
Duapedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang - pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. [9]Foto Prof. Dr. Laurence Adolf Manullang, SE., SP., MM dalam acara Horja Bolon DMAB-LABB, di Jakarta. Kehadiran Raja Belanda, Willem Alexander, bersama istrinya Ratu Maxima Zorreguieta dan rombongan ke Kabupaten Toba, Tapanuli Utara, dan Samosir, Sumatera Utara Sumut, Kamis 12/03/2020 lalu, menjadi topik hangat di berbagai media lokal, Nasional maupun Inrternasional. Foto Piso Gaja Dompak milik Raja Sisingamangaraja XII Kedatangan Raja dan Ratu Belanda itu tak luput juga dari pembicaraan masyarakat, dan tentu saja tidak bisa lepas dari zaman penjajahan Belanda selama 350 tahun di Nusantara. Padahal mungkin Raja Belanda yang sekarang inipun tidak tahu persis peristiwa penindasan waktu itu. Sehingga diapun belajar dari sejarah nenek-moyangnya, makanya sang Rajapun mengucapkan mohon maafnya ketika tiba di Yogyakarta, sebelum kunjungannya ke Tanah Batak. Berbicara soal Belanda, terkait dengan benda pusaka Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII SSM XII, Prof. Dr. Laurence Adolf Manullang, SE., SP., MM, keturunan Si Raja Oloan satu rumpun dengan Raja Sisingamangaraja Sinambela, yang juga Pendiri dan Rektor Universitas Timbul Nusantara–IBEK, mengatakan syukurlah barang pusaka Piso Gaja Dompak milik Raja Sisingamangaraja XII sudah kembali ke pangkuan Republik Indonesia, setelah lama tersimpan di Belanda. Piso Gaja Dompak itu kini berada di Museum Nasional dengan Nomor Register 13425. Senjata pusaka itu dulu diketahui memiliki histori yang tidak bisa lepas dari sepak terjang keturunan Raja Sisingamangaraja dalam perjuangannya melawan penjajahan Belanda. Bernama gaja dompak lantaran bermakna ukiran berpenampang gajah pada tangkai bagian depan senjata itu. Senjata ini hanya digunakan dikalangan raja-raja saja. Mengingat senjata ini juga merupakan pusaka kerajaan, barang pusaka ini tidak diciptakan untuk membunuh atau melukai orang lain. Benda pusaka ini dianggap memiliki kekuatan supranatural, yang akan memberikan kekuatan spiritual kepada pemiliknya. Senjata ini juga merupakan benda yang dikultuskan dan kepemilikan senjata ini adalah sebatas keturunan raja-raja, atau dengan kata lain senjata ini tidak dimiliki oleh orang-orang di luar kerajaan. Foto Lukisan Raja Sisingamangaraja XII Bicara lebih jauh soal Piso Gaja Dompak dan cerita lainnya pengalaman Prof. Dr. Laurence Adolf Manullang, SE., SP., MM saat berkunjung ke Belanda, wartawan media online sempat melakukan wawancara medio Maret 2020, yang dilanjutkan dengan komunikasi berbalasan lewat WhatsApp, dan menuturkan berbagai kisah yang dia ketahui, yang kemudian merambah komunikasi dengan seorang tokoh dari DMAB Dewan Mangaraja Adat Batak LABB Lokus Adat Budaya Batak, Ir. Nikolas S. Naibaho, MBA. Berikut himpunan petikannya. Media Horas Prof. Apa cerita tentang kedatangan Raja dan Ratu Belanda ini bagi bangso Batak, terutama kaitannya dengan kisah Piso Gaja Dompak yang katanya tersimpan lama di Belanda? Prof. Dr. Laurence M Syukurlah Piso Gajah Dompak milik Raja Sisingamaraja XII telah diserahkan kepada Republik Indonesia, dan disimpan di Museum Nasional dengan Nomor Registrasi 13425. Namun seyogiyanya penyerahan itu harus didukung oleh dokumen penyerahan oleh Belanda ke Indonesia. Sebab pada waktu saya pergi ke Leiden Belanda tahun 1976, saya sempat menanyakan tentang keberadaan Piso Gajah Dompak itu. Direktur museum itu yang bernama Dr Ave mengatakan, bahwa Gaja Dompak disimpan oleh museum khusus di Den Haag, dimana yang pegang kuasa museum itu, langsung Pangeran Benhard. Semua barang bersejarah dari pahlawan Indonesia seperti pisau Pattimura, Pisau Monginsidi dan lain-lain, disimpan dalam museum istimewa tersebut. Yang disimpan di museum Leiden adalah ratusan Tunggal Panaluan sebagai contoh diberikan pada saya untuk dipegang dan diambil fotonya. Tunggal Panaluan itu adalah milik Raja Si Babiat Situmorang dan Guru Somalaing Pardede yang katanya paling banyak isinya. Ukuran yang paling banyak isi adalah paling banyak membunuh musuh. Juga saya ditunjukkan dua lemari setinggi saya, yang berisi pustaha pustaka Batak, yang ditulis oleh Raja Sisingamangaraja XI sebanyak 23 jilid yang rencananya menulis 24 jilid tapi keburu perang. Sehingga jilid ke-24 tidak sempat ditulis. Disana juga ada Museum Batakologi di Leiden, dimana museum itu adalah milik swasta dan undang-undang swasta yang melindunginya. Sedang museum yang Den Haag itu adalah milik Pemerintah Belanda. Foto-foto yang saya ambil itu langsung saya kirim kepada Raja Na Patar Sinambela cucu tertua Raja Sisingamangaraja XII, dengan alamat Jln, Sei Wampu 82, Medan dari Leiden. Agar cepat mereka dapat informasi itu. Karena saya harus melanjutkan perjalanan ke New York. Dan info ini adalah materi pendahuluan untuk Prof. Dr. Bonar Sijabat untuk mengadakan research mendalam ke Leiden, dan terus ke Jerman sebagai cikal bakal terbitnya buku Ahu Sisingamangaraja Aku Sisingamangaraja. Foto Makam Raja Sisingamangaraja XII di Bakkara Sementara suatu ketika, kita sebagai Panitia Pemugaran Istana Sisingamangaraja di Bakara, menugaskan Ketua I, Prof. Dr. Bonar Sijabat mengadakan riset atas dukungan sponsor media cetak Sinar Harapan, yang membiayai beliau ke Eropa dan ke Halmahera. Dan saya sebagai Ketua Panitia dan Bapak Arifin Harahap SH, Presiden Direktur Bank Pasifik, mencari dana dalam pembangunan itu. Saya menghubungi Direktur Purbakala dan beliau menginformasikan dana itu ada. Tapi pembangunannya harus melalui tender. Maka saya hubungi Wakil Presiden RI, Adam Malik waktu itu, kalau boleh dana itu dapat dikucurkan dengan sistem penunjukan kepada Kolonel Bonardo Dairi Manullang, yang selanjutnya dicairkanlah melalui Kantor Purbakala Medan. Itulah historis pembangunan kembali Istana Raja Sisingamangaraja itu sekarang. Hanya catatan saja dan tidak bisa hilang walaupun tidak ada maksud melupakannya. Media Sepertinya ada cerita yang luput dari catatan sejarah ya Prof? Prof. Dr. Laurence M Adalah sikap orang Indonesia sering mengambil manfaat atas buah pikiran dan keringat orang lain, dengan menonjolkan diri pada proses perjalanan, apalagi digunakan untuk kepentingan pribadi. Dan kadang tega mengabaikan bahkan melupakan sejarah itu sendiri. Hanya TNI yang selalu apik mencatat sejarah. Seperti Sapta Marga prajurit Indonesia yang ditulis tangan oleh Jenderal TB Simatupang selalu itu dibacakan pada peringatan bersejarah TNI. Artinya tidak pernah itu dilupakan walaupun Simatupang sudah lama meninggalkan ketentaraan. Jadi di Indonesia baru TNI yang terpercaya memegang estetika itu dan dapat dipercaya yang perlu diteladani. Media Katanya Piso Gajah Dompak itu sakti, dan bisa melindungi serdadu, dan Raja Sisingamaraja juga bisa menghilang. Tapi kenapa beliau bisa tertembak peluru serdadu Belanda? Prof. Dr. Laurence M Raja Sisingamangaraja XII memang adalah sakti. Dan kesaktiannya itu melekat pada Piso Gajah Dompak beliau. Hanya saja ada pantangannya. Kalau dilanggar, kesaktiannyapun bisa hilang. Pantangannya adalah, Raja Sisingamangaraja tidak bisa memiliki dengki sama orang, dan marah. Apalagi membangkitkan rasa ingin untuk membunuh. Pada waktu anaknya Patuan Nagari tertembak dan gugur, beliau tidak marah. Juga tatkala anaknya Patuan Anggi gugur, beliau tidak emosi dan marah. Tapi tatkala mendengar borunya Lopian yang berumur 17 tahun tertembak, maka amarah beliau mendidih dan ingin membunuh tentara Belanda yang sudah tak jauh darinya, tapi Belandanya tidak melihat dia. Dengan nada tinggi, beliau berteriak “Ahu Sisingamangaraja” Aku Sisingamangaraja. Maka kesaktiannyapun hilang, dan tentara Belanda yang berasal dari Halmahera yang bernama Hamisi menembaknya. Dan kenalah dadanya, dibawah jantungnya. bersambung ke Bagian II Raja dan Ratu Belanda Datang, Jadi Ingat Piso Gaja Dompak Raja Sisingamaraja Sudah Kembali Bagian II Editor Danny PH Siagian, SE., MM Baca Juga Pengunjung 12,604 Continue Reading
Thename piso gaja dompak taken from the word which means the blade piso functioned for cutting or piercing, and the shape of the pointed and sharp. Called gaja dompak, look like elephant carving as it means on the gun handle. Piso Gaja Dompak, Batak typical weapon is the inheritance of the Kingdom of B atak. The existence of these weaponsA escolha do piso para garagem interna ou externa requer uma avaliação cuidadosa do projeto arquitetĂ´nico — a qualidade e a durabilidade dos materiais sĂŁo quesitos que devem ser atentados para nĂŁo ter frustrações apĂłs a projetos modernos, a garagem nĂŁo cumpre apenas o papel de proteger os automĂłveis e motocicletas — elas podem ser um ambiente para armanzenamento de itens diversos, alĂ©m dos ferramentários. A garagem ainda pode ser um local de convĂvio, e em alguns projetos, elas avançam sobre a entrada residencial e atĂ© mesmo no hall de entrada ou na dĂŁo todo o valor a este local, para proteger e destacar seus itens valiosos, mas esta Ă© uma ocasiĂŁo os principais tipos de pisos para garagem e acerte na escolhaOs tipos de pisos para a garagem variam drasticamente, com materiais diversos e diferentes aplicações, há sempre um que pode se adequar ao seu projeto. Conheça agora os principais tipos de pisos para garagens com referĂŞncias visuaisPiso de cerâmicaO piso cerâmico oferece bastante resistĂŞncia ao trânsito constante no ambiente, como Ă© o caso dos automĂłveis. Por ser versátil, eles possuem paginações diferentes, alĂ©m de ser um material fácil de limpar, nĂŁo mancha e costuma ser uma das opções mais econĂ´micas no 1 – Garagem com piso cerâmico 2 – Cerâmica simples para de porcelanatoO porcelanato Ă© um dos queridinhos quando o assunto Ă© revestimento! Eles possuem um mercado bem amplo, entĂŁo Ă© possĂvel escolher o modelo que mais se adequa ao seu estilo e ao 3 – Garagem com piso de porcelanato de concreto. Nessa garagem, a tendĂŞncia do cimento queimado invadiu as placas e revestiram toda a área da garagem!Imagem 4 – Para ambientes integrados, prefira os cerâmicos ou porcelanatos. Ele Ă© vendido em formato de placas e costuma ser mais caro que a cerâmica tradicional. PorĂ©m com uma infinidade de de porcelanato polidoO piso de porcelanato oferece um visual mais bonito e sofisticado no ambiente fechado, possibilitando uma variedade de cores e texturas diferentes. No momento da escolha, prefira os esmaltados que sĂŁo mais 5 – Garagem com piso de porcelanato de concretoImagem 6 – O piso de concreto liso pode receber o acabamento em cimento 7 – Piso de concreto para vinĂlicoImagem 8 – Os pisos vinĂlicos sĂŁo uma Ăłtima opção para ter o efeito modular vinĂlicoImagem 9 – Revestimento modular vinĂlico. Essa marca americana, a Swisstrax, oferece um material diferente para o piso da garagem. Fabricados com estabilizadores UV, eles sĂŁo altamente resistentes e suportam pesos elevados dos automĂłveis, alĂ©m de ter uma manutenção 10 – Personalize seu piso de garagem. SĂŁo azulejos modulares com uma disponibilidade em 19 cores, entĂŁo Ă© possĂvel criar desenhos formando uma composição criativa e original para a de borrachaImagem 11 – O piso de borracha possui uma solução prática que une beleza, economia e tem fácil instalação. Os pisos de borracha sĂŁo produzidos a partir da reciclagem do PVC, com design estilo moeda várias circunferĂŞncias em sua aparĂŞncia. Eles ainda reduzem o tempo de mĂŁo de obra com sua fácil instalação e sĂŁo ideais para locais com grande em fulgetConhecido tambĂ©m como granilite lavado ou polido, o fulget Ă© um piso de base cimentĂcia, com diferentes grânulos de pedras britadas e pode ser trabalhado com cores e composições personalizadas. Por ter uma textura áspera e antiderrapante, pode ser aplicado em áreas externas como calçadas, garagens e 12 – Garagem com piso em epĂłxiO epĂłxi Ă© uma resina aplicada no piso que oferece diferentes cores e tonalidades para atender a proposta de cada projeto. O piso epĂłxi possui forte resistĂŞncia, alta durabilidade, praticidade na limpeza e rápida instalação. É comum encontrarmos em garagens comerciais como shoppings, academias, supermercados e atĂ© em empreendimentos 13 – O piso monolĂtico sem emendas facilita a demarcação de vagas e a sinalização dos 14 – O piso epĂłxi Ă© um modelo que está em alta na decoração e pode revestir sua garagem de pedraImagem 15 – Garagem com piso de pedra. O piso de pedra Ă© resistente e deixa a garagem mais elegante e sofisticada, sendo uma boa alternativa, especialmente quando bem colocado evitando o desnĂvel.Imagem 16 – Garagem com piso de pedra mineira. A pedra mineira, aquela geralmente encontrada ao redor das piscinas, Ă© uma opção para revestir o piso da garagem, porĂ©m, possuĂ um custo mais elevado que os outros materiais. Veja que neste projeto a pedra combinou com os detalhes da madeira dos caibros, porta e 17 – O mosaico de pedras no chĂŁo formam um belo desenho e ainda deixam o toque urbano para o interior de sua intertravadoImagem 18 – Os pisos intertravados sĂŁo os mais indicados para áreas externas. O piso intertravado Ă© muito utilizado em calçadas e espaços urbanos, por isso Ă© uma Ăłtima opção para garagens abertas. Esse tipo de revestimento consiste em peças de concreto produzidas em diversas cores e formatos que se encaixam entre si, formando uma composição no piso. SĂŁo resistentes, antiderrapantes, tem fácil manutenção e drenam a água da chuva evitando concregrama Ă© o de piso de concreto que permite o cultivo de grama e Ă© altamente drenante. Geralmente sĂŁo colocadas na entrada de garagem, pois oferecem um visual mais bonito na fachada, mas tambĂ©m nĂŁo impendem de construir uma vaga externa com esse tipo de 19 – O piso em concregrama Ă© um dos mais utilizados para entradas de 20 – Essa garagem ganhou dois modelos de pisos a concregrama e o azulejo 21 – A concregrama no acesso determina o paisagismo dessa casa, e para nĂŁo fugir da proposta a escolha foi por utilizar placas de concreto na portuguesasImagem 22 – Como o pergolado possui frestas abertas, a escolha da pedra portuguesa no chĂŁo mantĂ©m o piso seguro e harmoniza com o restante dos outros materiais do 23 – Garagem com piso de pedra de concretoEsse tipo de piso consiste em placas feitas com concreto aplicadas atravĂ©s de juntas para dilatação nas quais podem ser ser inseridas as pedras permeáveis. É um piso adequado para garagens abertas, porĂ©m necessita uma resina na superfĂcie, para reduzir a absorção de Ăłleo e 24 – Placas de concreto sĂŁo resistentes ao atrito constante da 25 – Como o ambiente possui uma decoração mais sĂłbria, o piso em ardĂłsia caiu perfeitamente. O tradicional piso em ardĂłsia pode resultar em um ambiente refinado. Neste projeto, o piso frio foi uma opção elegante e econĂ´mica. Por isso Ă© muito importante incorporar o que o ambiente já possui em um novo projeto, evitando desperdĂcios emborrachadaImagem 26 – Piso com pintura de madeiraImagem 27 – Decks de madeira decoram, porĂ©m requerem um certo dicas para pisos de garagensAgora que vocĂŞ conhece os principais tipos e materiais adequados para aplicar no piso da garagem, confira mais dicas profissionais e inspire-seImagem 28 – Inove no formato do piso cerâmico liso. A peça com seis lados iguais lembra o formato de uma colmĂ©ia e se tornou tendĂŞncia no ramo dos revestimentos decorativos. É uma alternativa moderna para fugir dos formatos tradicionais, resultando em uma decoração diferenciada para quem Ă© adepto das formas 29 – VocĂŞ pode delimitar a área da vaga do carro com uma cor diferente do restante do piso. Setorizar o espaço Ă© a melhor forma de marcar visualmente as diferentes funções que um ambiente oferece. Como essa garagem possui uma área de convivĂŞncia integrada, erguer uma parede nĂŁo seria a melhor opção, já que elas causam a impressĂŁo de uma área menor. Por isso a pintura neste projeto mostra como solucionar problemas de espaços e a estĂ©tica, sem precisar de uma grande 30 – Opte pelos pisos antiderrapantes. Eles evitam os acidentes domĂ©sticos na circulação, principalmente em dias chuvosos onde a umidade acaba entrando para o interior da 31 – A pintura em tinta látex possibilita desenhos e um jogo de cores incrĂvel na garagem. Com a base de concreto, a pintura com a tinta especĂfica deve ser aplicada sobre o contrapiso queimado corretamente, e este deve ser bem preparado. É muito utilizado para sinalizações em garagens residenciais e 32 – Garagem com piso cerâmico emborrachado. Este piso de cerâmica, ao contrário do tradicional, nĂŁo faz barulho e ainda Ă© antiderrapante. Seu maior problema Ă© a limpeza, pois os resquĂcios de Ăłleo do carro tendem a acumular neste tipo de piso. Por isso Ă© ideal em garagens residenciais com ambientes 33 – Garagem com piso de concreto. O piso de concreto possui um Ăłtimo custo benefĂcio, pois alĂ©m de ser uma opção barata ele oferece um visual neutro e apresenta a vantagem de poder receber um novo revestimento sobre ele no 34 – O mesmo piso da calçada pode ser utilizado na área da garagem externa. Isso pode ser feito de modo que haja harmonia entre os materiais escolhidos. O paisagismo Ă© fundamental na construção de uma residĂŞncia, por isso, sua função Ă© integrar os espaços de forma natural, interagindo com a arquitetura e seus 35 – Delimite as áreas com uma pintura no piso. Para essa aplicação, o piso deve ser cimentĂcio e Ă© essencial observar o tempo de cura do concreto caso o piso seja novo, limpar bem o local que receberá a tinta pois nĂŁo deve haver nenhuma trinca ou 36 – Neste projeto, o cinza invade a construção e o paisagismo. O piso em concreto Ă© resistente, de fácil manutenção, recomendado para garagens externas ou abertas na lateral e Ă© um material durável, desde que seja bem 37 – Combine o piso da garagem com o lado externo da 38 – Procure um piso cerâmico clean para ter um visual moderno na 39 – Solução para garagem integrada ao lounge. Os tapetes sĂŁo Ăłtimos itens decorativos para tirar o ar de garagem no ambiente, e ainda oferecem um clima mais aconchegante para o local. AlĂ©m disso, eles delimitam o espaço da vaga do carro e da 40 – A diversidade dos desenhos do piso intertravado. O bacana das peças separadas Ă© a infinidade de composições que podem ser feitas. Ela pode ser posicionada na horizontal, vertical, diagonal, formando paginações diferentes no chĂŁo. Nesse caso ela foi intercalada na horizontal e vertical formando um desenho movimentando para o 41 – O piso bege com textura granilhada leva segurança, um aspecto leve e agradável para o espaço. Esse piso Ă© uma cerâmica com acabamento esmaltado, oferecendo brilho Ă superfĂcie e valorizando o espaço, devido a sua cor bege. Sua textura granilhada leva maior segurança para áreas molhadas e na garagem, suporta grandes 42 – Brinque com o tom sobre tom na decoração da 43 – Piso de concreto com acabamento em cimento queimado e 44 – Combine o mesmo material para revestir o piso e as paredes da 45 – Garagem integrada com espaço de 46 – Uma das desvantagens da cerâmica Ă© o barulho causado pelo atrito do piso e o pneu do 47 – Delimite a área da vaga com uma paginação de piso em aço 48 – A peça com padronagem maior Ă© ideal para garagens 49 – Garagem com piso de cerâmica cinza e contornos 50 – A casa moderna possui a garagem em um nĂvel mais alto, o que permitiu mais segurança para a escolha de um piso 51 – As placas modulares de borracha sĂŁo versáteis na 52 – Para combinar com o ar industrial da garagem, coloque um piso com 53 – Garagem com piso em blocos pequenos de 54 – A cerâmica poder ser utilizada em diversos 55 – Para a garagem aberta, escolha pela cerâmica com textura mais áspera ou 56 – Garagem interna e externa com pisos 57 – Como a garagem possui uma continuidade com a calçada, manter o mesmo piso foi uma Ăłtima solução. Dependendo da arquitetura, essa ideia pode funcionar muito bem. Se a garagem compor com a fachada, o visual deve acompanhar a escolha dos materiais a serem utilizados. Muitos acabam por optar pelo mesmo material da calçada. O concreto intertravado e as pedras naturais sĂŁo os indicados para a garagem externa por serem drenantes e resistentes aos veĂculos. No entanto, por serem porosos, os resĂduos dos carros sĂŁo absorvidos pelo piso tornando a limpeza mais 58 – A cerâmica deu um visual moderno para a garagem com 59 – Garagem com piso de cerâmica 60 – Observe que a delimitação da vaga de garagem Ă© feita com a mudança de piso. Daricatatan keluarga Raja Sisingamangaraja dalam rangka peringatan 100 tahun perjuangan Raja Sisingamangaraja XII. Kemudian piso Gaja Dompak pun diserahkan kepadanya dan dicabut/dihunusnya dengan sempurna dari sarangnya serta diangkatnya ke atas sambil manortor. Siapa di antara putera raja itu yang bisa melakukan hal-hal di atas dialah
Piso Gaja dompak form of long keris is a symbol of the reign of King SiSingamangaraja important. Traditional weapon used by the general public is a kind hujur Podang spears and swords similar length. Piso Gaja dompak is the traditional weapon from North Sumatra. The name piso gaja dompak is taken from the piso word meaning knife serves to cut or stab, and pointy and sharp shape. Named Gaja dompak as it means elephant-shaped carving on the arms stalk. Piso Gaja dompak, typical weapons tribal Batak is a royal heritage batak. The existence of these weapons can not be separated from its role in the development of Batak kingdom. This weapon is only used among the kings alone. Given this weapon is also a royal heritage, this weapon is not created to kill or injure another person. As heirloom, this weapon is considered to have supernatural powers, which will give spiritual strength to its owner. This weapon is also a cult object and possession of these weapons is limited to descendants of the kings, or in other words, these weapons are not owned by people outside the kingdom. Implied that the Batak leaders must have the sharpness of thought and intelligence in seeing a problem. Always perform deliberation in making decisions and taking action as a form of 'intelligence and sharpness of thinking and seeing the issue. Piso Gaja dompak is the symbol of the greatness of a leader Batak. The leaders have the intelligence to do justice to the people and responsible to God. source various sourcesSayajuga baru tahun lalu melihat itu. Sebelum acara pesta 100 tahun Sisingamangaraja XII kami diajak melihat Piso Gaja Dompak itu. Kami diantar ke tempatnya Piso Gaja Dompak itu, saya kenalkan diri. Saya melihat sarungnya sudah lapuk. Gajah itu memang ada. Saya ingat dulu yang menyimpan Piso Gaja Dompak ini Sunting Mariam putrinya yang nomor
Piso Gaja Dompak yaitu senjata tradisional yang datang dari Sumatera Utara. Nama piso gaja dompak di ambil dari kata piso yang bermakna pisau yang berperan untuk memotong atau menusuk, serta memiliki bentuk runcing serta tajam. Bernama gaja dompak lantaran bermakna ukiran berpenampang gajah pada tangkai senjata itu. Piso Gaja Dompak, senjata khas suku batak adalah pusaka kerajaan batak. Kehadiran senjata ini tidak bisa dipisahkan dari perannya dalam perubahan kerajaan Batak. Senjata ini cuma dipakai di kelompok raja-raja saja. Mengingat senjata ini dapat adalah suatu pusaka kerajaan, senjata ini tak di ciptakan untuk membunuh atau melukai orang lain. Juga sebagai benda pusaka, senjata ini dipercaya sebagaian masyarakat Batak mempunyai kemampuan supranatural, yang bakal memberi kemampuan spiritual pada pemiliknya. Senjata ini dapat adalah benda yang dikultuskan serta kepemilikan senjata ini yaitu hanya keturunan raja-raja atau mungkin dengan kata lain senjata ini tak dipunyai oleh orang diluar kerajaan. Belum ada catatan histori yang mengatakan kapan tepatnya Piso Gaja Dompak jadi pusaka untuk kerajaan Batak. Tetapi, dari hasil penelusuran penulis Piso Raja Dompak ini erat hubungannya dengan kepemimpinan Raja Sisingamaraja I. Hal semacam ini berdasar pada keyakinan orang-orang pada mitos datang dari kebiasaan lisan yang terdaftar dalam aksara. Bercerita perihal seseorang bernama Bona Ni Onan, putra bungsu dari Raja Sinambela. Diceritakan pada saat pulang dari perjalanan jauh, Bona Ni Onan merasakan istrinya Boru Borbor tengah hamil tua. Dia juga menyangsikan kandungan istrinya itu. Hingga disuatu malam ia punya mimpi didatangi Roh. Roh itu menyampaikan bahwa anak dalam kandungan istrinya yaitu titisan Roh Batara Guru serta nantinya anak itu bakal jadi raja yang bergelar Sisingamaraja. Bona Ni Onan lalu meyakinkan kebenaran mimpi itu pada istrinya. Istrinya juga bercerita bahwa saat ia mandi di tombak sulu-sulu rimba rimba, ia mendengar nada gemuruh serta Terlihat sinar merasuki badannya. Sesudah tahu bahwa dianya hamil. Ia juga yakin bahwa saat itu ia bersua dengan roh Batara Guru. Saat kehamilannya meraih 19 bln. serta kelahiran anaknya juga dibarengi badai topan serta gempa bumi dahsyat. Oleh karena tersebut putranya ia beri nama Manghuntal yang bermakna gemuruh gempa. Beranjak dewasa Manghuntal mulai memberikan sifat-sifat ajaib yang menguatkan ramalan bahwa dianya yaitu calon raja. Di saat remaja, Manghuntal pergi menjumpai Raja Mahasakti yang bernama raja Uti untuk beroleh pernyataan. Ketika ia akan menjumpai Raja Uti, ia menanti sembari mengonsumsi makanan yang suguhkan oleh istri raja. Saat itu dengan cara tak berniat ia merasakan Raja Uti bersembunyi di atap dengan rupa seperti moncong babi. Raja Uti juga menegur manghuntal, ia juga mengemukakan maksud kehadirannya menjumpai raja serta meminta seekor gajah putih. Raja Uti juga bersedia berikan dengan prasyarat Manghuntal mesti membawa pertanda-pertanda dari seputar lokasi Toba, Manghuntal juga menurut. Kemudian Manghuntal kembali menjumpai Raja Uti dengan membawa kriteria dari Raja Uti. Raja Uti lalu memberi seekor gajah putih dan dua pusaka kerajaan yakni Piso Gajah Dompak serta suatu tombak yang ia namai Hujur Siringis. Konon, Piso Gaja Dompak tidak bisa dilepaskan dari pembungkusnya terkecuali oleh orang yang mempunyai kesaktian serta Manghuntal dapat membukanya. Pasca itu Manghuntal betul-betul jadi raja dengan Sisingamaraja I. hingga sekarang ini orang-orang Batak masih tetap meyakini mitos ini. Terkecuali juga sebagai pusaka yang demikian dihormati serta dikultuskan, Piso Gaja Dompak ini berisi symbol-simbol yang berarti filosofis. Bentuk runcing dari senjata ini, dalam bahasa Batak dimaksud dengan Rantos yang berarti ketajaman memikirkan dan kecerdasan intelektual. Tajam lihat persoalan serta kesempatan, juga dalam menarik rangkuman serta melakukan tindakan. Tersirat bahwa pemimpin Batak mesti mempunyai ketajaman memikirkan serta kecerdasan dalam lihat suatu masalah. Senantiasa lakukan musyawarah dalam memutuskan serta mengambil satu aksi juga sebagai bentuk dari 'kecerdasan serta ketajaman memikirkan serta meihat persoalan'. Ukiran berpenampang gajah disangka di ambil dari mitos memberi piso gaja dompak serta seekor gajah putih pada Manghuntal atau Sisingamaraja I. Piso Gaja Dompak yaitu lambang kebesaran pemimpin batak, pemimpin batak mempunyai kecerdasan intelektual untuk berbuat adil pada rakyat serta bertanggungjawab pada Tuhan. Menurut hasil wawancara dengan cucu Sisingamaraja XII yakni Raja Napatar, satu diantara sumber mengatakan bahwa Piso Gaja Dompak ada di Museum Nasional. Senjata atau pusaka Piso Gaja Dompak ada di satu diantara museum Batak TB Silalahi Balige berbarengan dengan stempel kerajaan Sisingamaraja.
NilaiBudaya dalam Perjuangan Sisingamangaraja XII Sosok Raja Sisingamangaraja XII sebagai Power Motive Ompu Pulo Batu ditabalkan menjadi Si Singamangaraja XII pada tahun 1875 dalam usia 17 tahun setelah berhasil mencabut piso gaja dompak dari sarungnya sebagai syarat mutlak pemangku gelar Singamangaraja. Di samping itu, Si Singamangaraja
Turiturian ni Raja Sisingamangaraja XIIDungkon na hea i masa, ima parro ni si Pongki Nangolngolan laho mangarongrong harajaon ni Amana Sisingamangaraja na pasampuluhon X sian nagori Pagaruyung; nang pe naung tangkas nian diboto raja Sisingamangaraja pasampulusadahon XI do muse na tartahop do ia si Pongki Nangolngolan binuat ni bangso partungkum Bolanda, ima di masa ni uluan nasida uju ro martungkum diluat i na margoar si Von Amerongen, di sada inganan partabuniananna dingkan huta na margoar Air Bangis. Jala, na laos nidabu nasida do uhuman tu galebut i tingki i, marhite uhuman na tung mansai posi. Alani i, asa tung apala jaga dohot manat situtu do raja i, ima Ompu Sohahuoan, laho mangotapi angka rumang ni na masa muse tu joloan ni ari sisongon dilaon-laon ni ari, dung do ro Ompui si Nommensen, dohot si Van Der Tuuk, dohot si Junghun laho manopot tano Batak, ima tano na ginonggoman ni raja i Sisingamangaraja pasampulusadahon XI, marhite turgas nasida be sian nagarina, isarana laho pararathon barita ni ugamo hakaristenon, suang songoni dohot na mangurupi raja i pe nasida muse ro di angka parripena, ima sian sada rumang ni sahit na tung mansai porsuk tingki i, jala na mura bali, na margoar sahit begu antuk manang nidokna kolera. Jala, laos binuat ni sahit i do nang parmate ni raja Sisingamangaraja na pasampulusadahon XI muse. Alai alani jaga ni raja i, pola do gabe dituhas raja i si Van Der Tuuk na tulang ni si Raja Mangalambung, ima dongan marsumbang ni si Hapatihan. Alani i, bungkas do si Van Der Tuuk sian Bakara dibahen biar ni rohana di parmaraan na boi masa tagamonna sian raja i Sisingamangaraja pasampulusadahon XI.Dung diboto raja i naung lam matua ibana jala huhut sai marsahit-sahit, songon nidok ni pandohan ma antong butarbutar mataktak, butarbutar maningki i, molo mate pe Amana, adong do anakna maningki i, asa didok raja i ma tu ianakhonna si Pallupuk Ompu Tuan Nabolon, ima tubu ni soripadana na parjolo, sian boru Aritonang ima na sian huta Nagodang, Muara asa ibana ma na manorushon harajaonna i songon singkatna; ala huhut naso tuk i dope hatiha i diboto raja i umur ni anggidolina si Patuan Bosar Ompu Pulobatu, ima tubu ni soripadana sipaidua sian boru Situmorang; molo gabe mamintor pamasaon nasida didok rohana tingki i ulaon na paduru piso gaja dompak. Alani i, sanga do marpiga-piga leleng jolo si Pallupuk mandalanhon harajaon ni Amana si Singamangaraja na pasampulusadahon XI di tano Batak. Asa ibana do na sai laho mardalan tu ganup angka luat dohot bius ni torop Raja, laho pasahat tona dohot na pademak angka dung hira tang umur ni si Patuan Bosar Ompu Pulobatu, marhata jala martahi ma saluhut angka raja-raja bius patane, bale onan Balige. Saluhutna ma nasida na adong di bonapasogit tano Balige raja i satolop, asa dipatupa ma ulaon na mamillit sian ianakhon ni raja i, ima si Pallupuk dohot si Patuan Bosar. Asa dapot antong diboto natorop i sian nasida nadua ise do naminiahan ni Mulajadi Nabolon laho manjujung harajaon ni si Singamangaraja gabe singkat ni dititi ari laho bahen tingki pangujianon di nasida nadua, dipasingkop ma dohot sude nasa na ringkot mangambangi ulaon i. Diusung ma dohot angka pusaha hasontion di harajaon ni Sisingamangaraja tu inganan lobuan nagodang tu antaran na bidang i. Diboan ma piso gaja dompak, ima piso naniumpat marsillam-sillam pinasarung marungut-ungut, dohot hujur sane hujur siringis, ima hujur sitonggo mual i. Dang hatadingan, piso pangabas pe diboan ma, ima piso siabas begu jau siabas begu toba, songoni dohot lage-lage haomasan, tabu-tabu sitarapullang, tumtuman sortali sintara malam, nang dohot hoda sihapas digondangi jala dipatortor ma nasida nadua ianakhon ni raja i di lobuan nagodang di antaran na bidang i marsingkat soring; nahinaliangan ni torop halak di bius patane, bale onan Balige. Dung i, dimangmang ma junjungan ni bius godang i, i ma sahalak Pande Nabolon. Disahalahon jala ditonggohon ibana ma tu Ompu Mulajadi Nabolon, tu Debata Natolu, dohot tu hasontian ni Ompu Raja Singamangaraja, asa tangkas dipatuduhon manang ise do naminiahanna laho manjunjung harajaon ni raja Sisingamangaraja, udutna. Jadi, ala naung sanga i dijujung si Raja Pallupuk harajaon ni Amanai uju ngoluna, jala ala na laos ibana i huhut anak sihahaan dipartubu, laos tu ibana do parjolo dipasahat pangujianon i; asa patuduhononna hasontionna. Asa sian ombas manogot ni ari i ma ditontuhon Pande Nabolon gondang di ibana sahat ro di na hos ari, jala sian ombas guling ni ari ma muse tu na bot ia gondang di anggina si Patuan Bosar Ompu Pulobatu.Jadi ma songoni. Dung i diuji ma parjolo Raja Pallupuk. Digondangi ma ibana mamuhai sian ombas parnangkok ni mataniari sahat tu na hos ari. Alai ndang adong na boi dipaturo manang ditonggo ibana nanggo sada sian tanda ni sahala hasontion. Ditortorhon jala ditonggohon pe hujur sane hujur singiris i asa mangido udan, alai ndang marna ro udan. Dung i muse, naeng umpatonna pe piso Gaja Dompak i, alai ndang ra mumpat piso i sian bagasan sarungna. Dijou ibana ma muse hoda hundangan sihapas pili i asa ro tu ibana, ipe ndang olo ro mandapothon Raja Pallupuk. Parpudi, diabashon ibana ma piso pangabas i, ipe ndang adong lapatanna; ala so adong manang gabe marsimangot piso i dung ditiop i ro ma Pande Nabolon didok ma tu si Raja Pallupuk "Nunga sae be tingki ni gondangmu ale Rajanami, Pallupuk. Hundul ma hamu jolo, asa dibahen anggim si Patuan Bosar Ompu Pulobatu ma di ibana muse gondangna, ai nunga tu milingna nama ari," ninna. Dung i, hundul ma Raja Pallupuk. Alai dang piga dan, marsurak ma dibege ibana torop jolma, nunga songon na paimahon tortor ni raja na imbaru nama begeon panghuling ni surak nasida i di si Patuan Bosar; ai tung renta antong sude nasida begeon mariaia jala manghata angka hata singkop diatur lage si pitulampis laho inganan panortoron ni si Patuan Bosar, mangulahi dipadenggan ma muse sude nasa ula-ula i tu hundulanna. Disi dipatubegehon angka pande uning-uningan i angka ula-ulana i, denggan ma angka i antong manghuling. Tung anit be nama soara ni taganing i begeon ni sipareon dung dipalu, dos hira na manghatai simarnoninoni i. Situmoar pe muse dung diombus nunga sai songon na mamingkas manariur soarana, sai songon na marende-ende i begeon ala ni domuna takna tu serser ni hesekna, gabe geok ma di sipareon ni na umbegesa. Disi ojak muse duansa simanjojak ni Ompu Pulobatu tu lage sipitu lampis panortoranna i, nunga pintor marhobot be langit tinutupan ni angka ombun, jala margorok-gorok ma langit tanda ni na naeng ro udan. Dung i, manomba-nomba ma tangan ni si Patuan Bosar adop tu ginjang, asa manomba ibana tu Mulajadi Nabolon, tu Debata Natolu, tu sahala ni suru-suruan parhalado, dohot tu sahala ni Ompu Siraja marhobot ma ia langit, jala dang sadia leleng muse marbujogo ma tarbege udan ro songon natinompashon. Dung i, dipangido raja i ma parjolo tu Raja Panuturi Pande Nabolon i piso gaja dompak, ima pusaha hasontion ni Amana i Raja Sisingamangaraja. Ditortorhon raja i ma i jala ditonggohon, disahalahon ma i muse tu angka sahala ni Ompu na santi; asa dipaloas i didok roha ni raja i umpatonna nalnal idaon ni situan natorop. Disintak raja i ma piso i asa mambuat i sian bagas sarungna. Pintor mamalsak ma sillam tutu tu anak ni mata ni angka jolma na marnidasa. Siloan ma deba sian natorop i, ala so tahan simalolongna be laho marnida. Ia dung muse dipasarung raja i piso i, toho, marungut-ungut do piso i muse tarbege, sai patungoripon panghuling ni soarana. Dung salpu dipangido raja i piso gaja dompak, piso pangabas ma udutna. Ditonggo raja i ma i tu sahala hasontion ni piso i. Dang piga dan, marsoluk ma i tu piso i. Diabashon raja i ma i tu desa naualu luhutan ni bindu matoga, jadi pintor sumisi ma ombun i patiurhon langit i muse. Mamilngas ma dungkon ni i mataniari laho maninar angka na ganup na matonu binuat ni udan sinangkinondi. Dung i, dijou raja i ma muse hoda hundangan sihapas pili i. Marihe-ihe ma hoda i ro mandapothon raja i tu tonga ni lobuan i. Asa ndang pola mamorut tali manang jorat ni hoda raja i, pintor nangkok ma ibana manghunduli hoda sihapas pili i. Dienjak raja i ma hoda i laho marhaliang-haliang tu tonga ni lobuan i. Asa dungkon na songoni i, natorop i pe marsurak-surak ma jala mariaia, huhut ma nasida be mandok angka hata sihoras-horas. Dung sidung sude pangujianon i di nasida nadua; asa mamillit ise raja Sisingamangaraja singkat ni Amana, diuduti ma muse ulaon i tu na pasahathon patuan Sisingamangaraja tu si Patuan Bosar Ompu Pulobatu. Pampe ma sahala harajaon ni Amana i tu ibana, jala digoar ma ibana dungkon ni i gabe si Sisingamangaraja na pasampuluduahon XII.Dung naung songon i na masa i, jala nang pe tardok poso dope tingki i umur ni si Patuan Bosar naung pintor pampe i tu ibana harajaon raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII bahen singkat ni Amana, dang pala dia i ianggo di roha ni si Raja Pallupuk. Tung lela do rohana maradophon anggina i. Dang gabe tubu bada di roha ni si Pallupuk muse dungkon na pampe i tu anggina harajaon i; nang pe naung sanga hian didalanhon ibana harajaon i uju dingolu ni Amana marsadia leleng. Gariada, tung tanggo do tarida hasadaan ni roha nasida na martinodohon na saama pulik ina i, ima marhite paraloanna tu bangso partungkum Bolanda dohot nasa halak sibontar mata. Ala tarboto do na sahali na laho do si Pallupuk mardalani tu humaliang bius ni tano Batak, mandok asa unang ra nasida manggarar seo ianggo tu bangso partungkum Bolanda. Asa umangat ma i didok si Pallupuk lehonon nasida tu harajaon ni Sisingamangaraja pasampuluduahon XII; molo pe na ingkon do i pasahaton ma songoni. Alai alani pambahenanna i, tung patubu rimas na marsigorgor do i dibagas ate-ate ni bangso partungkum Bolanda. Sian i, marnehet-nehet torus jala leleng ma sobu parporangan di nasida na dua horong. Ai boha pe, ndada na laho bolas didok roha ni bangso partungkum Bolanda ontangonna harajaon naniuluhon ni raja i asa olo mardame-dame manang gabe balikna ro mangurupi nasida. Nunga dipingkiri raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII hian i nian andorang so diulahon si Pallupuk songoni, ala dung dirajumi raja i nunga tung tanggo partahanan dohot parik ni harajaon na ginonggomanna i, naung pinauli ni Amanasida hian, ima raja i Sisingamangaraja pasampulusadahon XI; managam molo bait dia masa muse di sada tingki parporangan tu luat songon hahana si Pallupuk, raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII pe sai ringgas do laho mardalani tumopot humaliang ni luat na ginonggomanna i. Sai laho do tong mebat raja i tu angka nagori parbolatan ni tano Batak, isarana tu nagori Anse dohot nagori na asing pe na dingkan habinsaran. Marhite angka pardalanan ni raja i, marpanghorhon do i tutu tu harajaon na ginonggomanna, ala gabe olo do angka nagori naniebatanna i mangurupi ibana uju naung lamu ganas i bangso partungkum Bolanda laho mamorangi asa marsuasaehon tano Batak. Alai, ndada na holan mebat boti raja i molo pe laho borhat ibana tu torop luat. Deba sian i, na manandanghon hadatuon dohot alemuna do raja i tu angka torop datu dohot ulubalang; asing ni na patudu holongna ibana laho mangurupi pangisi ni huta i marhite pambahenan naung dung i hian diulahon Ompungna raja Sisingamangaraja na palimahon V, ima marhite na gabe sahalak na pogos ibana asa tumanda pangalaho ni angka parripena. Sian i, diurupi raja Ompu Pulobatu do nasida niebatanna i laho manonggohon asa ro udan, ala sipata do nunga masa logo ni ari sinanggar-nanggar di luat nanidapothonna i. Angkup ni i, huhut do raja i manguhum angka jolma na tongon didapot raja i so mangulahon pintor tu donganna; ima uju na marrumanghon sada halak na pogos i ibana ro. Jala tung sada raja na hasantian do tutu raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII diboto torop halak. Ai tung bolas do raja i diingot halak paruarhon mata mual tombal na mangantukhon tungkotnai sambing ibana tu tano. Na apala diingot roha ni jolma, ima batang aek na metmet donokhon ni luat Bakara, na margoar Aek Sipangolu. Ima batang aek na hea i gabe inganan paridian ni raja i. Jala na laos gabe inganan ni torop halak i muse marroan asa mandaoni sahitna, pola do marroan dohot sian luat sihadaoan. Na mambahen longang, gari sanga do uju i rumar angka bagas naung somal hinan gabe inganan ni angka na marsahit; ala nunga dirgos be be angka jolma i dungkon laho nasida maridi tu Aek tarbortik tu bangso partungkum Bolanda na adong aek sisongon i di luat naginonggoman ni raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII, lam dionjati nasida ma paranganna tusi; asa manghahap inganan i. Gabe marseo ma inganan i muse dibahen bangso partungkum Bolanda tu manang ise pe na ro laho marubat tusi. Dung diboto raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII na masa i, tung dihasogohon rohana ma sandok halak sibontar mata na adong di luat ginonggomanna tano Batak. Dihasogohon raja i ma muse dohot si Nommensen, naung mamaritahon hakaristenon i tu torop huta di tano Batak, jala naung gabe bahat i nuaeng halak na mangihuthon ibana diboto raja i. Laos Raja i sandiri do dohot hahana si Pallupuk hatiha i na manguluhon paraloan tu bangso sibontar mata dohot tu huta naung sanga i kinaristenhon ni si Nommensen. Alani i, sai na hurang tibu ma didok roha ni bangso partungkum Bolanda dapot nasida manangkup raja i. Alai, nang pe naung piga-piga hali sai hira na naing dapot nama ditahop nasida raja i, sai tongtong do bolas raja i malua. Gariada, boi dope jotjot Sisingamangaraja diboto Bolanda sai ro mebat tu luat Silundung sian naso pamotoan nasida manang sadihari tusi borhatna. Ai boi do didok deba raja i marhalindo, ima angka nasida na sanga hian tangkas tumanda ibana. Alani naso gira dapot i raja i, sai lam ditambu bangso partungkum Bolanda ma muse paranganna sian Sibolga, huhut laho mangadopi na masa na pinatupa ni raja i nasida di Bahal Batu dohot di tung manehenehe nama dohonon bangso partungkum Bolanda asa mamboto didia do partabunianan ni raja i sian torop jolma. Pola do gari dipamasa nasida partungkum i tamitami na godang, silehononna tu manang ise pe na giot sian parripe i laho paboahonsa. Alai sude jolma i dos tu halak naung pinopaan do, ala so mangate agia ise pe sian nasida pabotohon inganan partabunianan ni raja i; nang pe naung dipanangkok bangso partungkum Bolanda muse tamitamina i sahat tu na toluhali lompit tung mamunsu be sogo ni roha ni bangso partungkum Bolanda di raja i Sisingamangaraja pasampuluduahon XII, alani na sai so dompak i ibana mangalo nasida. Ai sai songon na disoro-sorohon do parniahapan ni bangso partungkum Bolanda marnida paraloan nabinahen ni raja i maradophon nasida molo patontang. Nunga sai loja be bangso partungkum Bolanda dibahen raja i mangulului dalan songon dia do dalan na denggan laho sibahenonna asa dapot nasida manahop raja i; ai gari tung holiholi ni Amana pe, ima raja Sisingamangaraja pasampulusadahon XI, sai dohot do dilanja Ompu Pulobatu dohot si Pallupuk manang tudia pe nasida laho uju di paraloannasida maradophon bangso partungkum Bolanda. Jala sai rap do dohot mangurupi ibana angka ianakhon ni rajai, ima si Patuan Nagari, si Patuan Anggi, nang boruna si Lopian. Angka ianakhonna na asing pe, isarana si Buntal, si Sabidan, si Panghilim, si Mangarandang, si Barita, ima angka ianakhonna na mansai metmet-metmet i dope, sai dohot do i dipaboan-boan raja i diboto bangso partungkum Bolanda. Ai ganup ro parangan ni bangso partungkum Bolanda laho manahop raja i, sai bolas do raja i malua. Jala tung so ise sian pomparan ni raja i pe na boi dapot nasida partungkum i asa tabanonna, ai sai jalo-jalo do ditabunihon raja i nasida di sada-sada inganan naso binoto ni manang ise; ala diboto raja i do na bolas do muse nasida angka ianakhonna manang sian ripena na onom i bahenon ni bangso partungkum Bolanda gabe ompan laho parohon ibana asa tahopon nasida. Dirajumi bangso partungkum Bolanda ma saluhutna angka i ai asing ni na hasantian hape raja i, dohot do tang diibana isara parporangon. Jala tung ingkon tibu do boi luluan nasida didok rohana usat ni sada tingki, adong ma arimbos dibege bangso partungkum Bolanda taringot tu raja i Sisingamangaraja pasampuluduahon XII. Ima na mandok 'Na ingkon muli do raja i marhite sian dalan ni Huta Tinggi, manang so i sian Lintong Nihuta, molo marhitehon tur do ibana ro mandapothon luat naginonggomanna i. Manang so i, molo na marhite sian dalan aek pe raja i mamolus, ingkon sian pulo Pandopur dohot Nainggolan, ima huta naung hinuasoan ni si Raja Huksa dongan ni Nommensen i do na laho sidalananna'. Alani i, martahi ma bangso partungkum Bolanda manahop raja i di dalan-dalan naung ginoaran onteng. Hape tung arimbos ni raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII i pe molo adong ma na boi dapot ni bangso partungkum i. Nang pe naung manojom muse parangan ni partungkum i tu Bakara sian i, alai tontong do so adong dapot nasida raja i disi; ala adong do dohonon sahat tu na onom hali tula raja i naso binoto ni halak bangso partungkum Bolanda manang didia martabuni. Hape na laho do raja i tungkan atara ni huta Laguboti, andorang so manaborang ibana sian i tu Tomok Samosir. Asa sian i ma muse tolhas raja i tu dolok-dolok na di Samosir, dung pe i asa tu Bakara; laho mangaturhon paraloan-paraloan na metmet muse sian i raja i tu bangso partungkum Bolanda di Tanggabatu, di Lintong Nihuta, dohot di lan huta na sai lam sumurut ma jolma na olo mangurupi paraloan ni raja i dompak bangso partungkum Bolanda, ala huhut marnida nasida naung lam torop i parangan ni bangso Bolanda, jala huhut na sai adong i muse sipamatamata ni bangso i na mian manang didia pe suhi ni hutana. Alani i, lam tarojur ma raja i, pola do munsat ibana dao sahat tu tano Dairi. Alai nang pe naung disi raja i, tongtong do dipatupa raja i paraloanna maradophon bangso partungkum, ima marhite na mamorangi inganan naung hinuasoan ni bangso partungkum i ibana di huta namargoar Butar. Rongom ma ro muse tu Butar parangan ni bangso partungkum Bolanda laho manahop raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII, alai munsat ma tibu muse raja i sian i tungkan tano Pakpak, ima dingkan manabia ni tao Toba. Sian i, tongtong do dipatupa rajai muse paraloanna tu bangso partungkum Bolanda, ima paraloan na dingkan habinsaran ni tao Toba i. Hira i ma paraloan na tarbilang di bangso partungkum Bolanda dibahen raja i, ala nang pe tung adong paraloan ni raja i angka na asing, tung paraloan na dao ummetmet nama i didok roha nasida, naso pola tama masuk i tu bagas dung na sai leleng i songoni, ima naso marna dapot i ditahop nasida raja i Sisingamangaraja pasampuluduahon XII; nang pe naung marhite songoni torop parangan naung niarahon nasida holan laho manangkup sasada ibana, gabe pangarimason ma sada uluan na tardok sahalak baoa na gasagasaon, ima uluan na tartumimbo sian angka uluan naung disi hinan, na margoar si Hans Christoffel. Ditungir-tungiri ibana ma apala manat inganan partabunianan ni raja i. Dapot ma inganan i di dingkan sada huta na margoar Sindias, sada huta dingkan ni sada dolok-dolok rongkanan ni huta Sionom Hudon, Parlilitan. Marhite sian isara parporangon naso somal niulahon ni bangso partungkum Bolanda ma dibahen uluan ni parangan si Hans Christoffel i isara nasida marporang uju ro nasida mandapothon inganan i laho manahop raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII. Ai tung marsalasala pitpit do dibodili parangan dohot uluan ni bangso partungkum na ro i nasa jolma najinumpangan nasida soada rosom. Diparsipal nasida ma manembahi angka jolma i marhite angka sinjata dohot rostaha. Dung naung lam torop diida marmatean angka parangan na balang roha tu nasida, ruar ma si Lopian dohot Amana laho mangalo parangan ni si Christoffel. Alai dapot ma dibuat bodil boru hasian ni raja i si Lopian. Dung naing mandok tinggang nama boruna i, ro ma raja i, ditangkup ma boruna i laos dihaol ma tu abinganna; asa boanonna hian dope didok rohana si Lopian sumisi sian inganan i tu inganan naso laho botoon ni agia ise pe sian bangso partungkum Bolanda. Alai, tarsubang ma raja i di angka alemu naung pineopna; binahen ni mudar ni boruna i naung sap i tiris manonui pamatangna. Gabe dapot ma dihilala raja i hansit ni piruru nabiningkasan ni bangso partungkum Bolanda i manombuk angka holiholi dohot dagingna; ala nunga mago be diibana gogo ni parsalision na adong i hian pineopna. Madabu ma raja i tu tano rap dohot boruna; naung jumolo i malua sian abinganna, jala naso sadia i paholang daona nasida nadua peak diatas ni tano dapot tarbodil didok roha ni uluan ni bangso partungkum Bolanda si Hans Christoffel raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII, lanjaonna ma bangke ni raja i didok rohana sian i, asa boanonna i tu besteng pusok ni huta inganan naung hinuasoanna; alai dang boi bangke i tarbuat nasida. Ai lohot do bangke ni raja i ditano i nang sai digogo nasida parangan ni si Christoffel laho manghandit asa boanonna. Dung i, sai lam tu bagasna do muse bangke ni raja i suruk masuk tu bagasan tano inganan hapeahanna i dungkon na sai niulahan ni parangan ni bangso partungkum i laho manghanditsa. Alani i, mulak boti do parangan ni bangso partungkum Bolanda sian inganan i so mamboan agia aha sian bangke ni raja Sisingamangaraja pasampuluduahon XII; nang pe adong muse piga-piga parbarita na mandok na ditampul si Hans Christoffel do muse sada simanjujung ni parangan ni raja i, nanirajuman nasida hira umbuk rupana tu rupa ni raja i laho boanonna sian i bahen laos diinganan hapeahanna i do dipajongjong udean ni raja i Sisingamangaraja pasampuluduahon XII; nang pe dung dilaon-laon ni ari muse, marhite sanggim tano nabinuat sian atas inganan hapeahan ni raja i, dipatupa do muse udean ni raja i di Balige, asa tung haru dumonok i antong didok roha ni angka sisolhot ni raja i tu pusok rongkanan ni tano Batak. Sian i, marujung ma harajaon ni raja i Sisingamangaraja. Dang diuduti halak Batak be harajaonna i, ala lumehetan nama dietong jolma i dang pala be marraja bangso Batak molo di hajolmaon di na marsahoum. Tu Tuhan i nama umangat dihilala bangsoi nuaeng nasida marhuraja. Ai raja do tutu anak, suang songoni dohot boru ni halak Batak. Targoar raja do saluhutna nasida; nasa jolma pomparan ni Ompu i Si Raja Marno Siagian
Duapedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang - pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. [2]
Foto Prof. Dr. Laurence Adolf Manullang, SE., SP., MM dalam acara Horja Bolon DMAB-LABB, di Jakarta. …lanjutan Bagian II Media Bagaimana pasukan Belanda memastikan bahwa yang tertembak itu adalah Raja Sisingamaraja, mengingat sebelumnya dikisahkan bisa menghilang? Foto Piso Gaja Dompak milik Raja Sisingamangaraja XII Prof Dr. Laurence M Belanda mendatangkan sahabat Raja Sisingamaraja yang merangkap informan beliau di Balige, yaitu ompung Manullang, ayah dari Tuan Manullang. Ompung ini mengidentifikasikan mayat itu melalui dua ciri khas yaitu Melihat bekas luka beliau di bahu pada waktu perang Pulas di Balige; dan kedua adalah, setelah dibuka mulutnya dan memang lidahnya berbulu. Maka jelaslah bahwa yang gugur itu adalah Raja Sisingamaraja XII. Media Ngomong-ngomong, kenapa Raja dan Ratu Belanda datang ke Tanah Batak, tapi tidak mampir ke Bakkara sebagai tanah leluhur dan tempat makam Raja Sisingamangaraja XII ya pak Prof? Prof. Dr. Laurence M Ya memang mungkin tidak ada yang menjadwalkan Raja dan Ratu Belanda kunjungi Bakkara secara khusus. Tentu itu dapat dipahami. Karena bisa saja mengingatkan luka lama. Apalagi kalau benar peristiwa genosida pembakaran seluruh asset bangunan kerajaan SSM XII dan perampasan benda-benda pusaka warisan turun-temurun mulai dari SSM I sampai XII, ketika perang Batak. Maka itu hanya bisa diampuni dengan mengadakan Horja Bolon Pesta derderajat tinggi antara Pemimpin Batak dengan Raja Belanda. Horja Bolon itu sebagai sendi dan seni Perdamaian Dunia yang merupakan prinsip Perdamaian Universal yang ditegakkan oleh UN United Nation, dimana semua anggota UN wajib melakukan itu. Diplomat Dewan Mangaraja Adat Batak LABB Lokus Adat Budaya Batak yang ahli dibidang itu, nampaknya perlu melakukan upaya diplomasi kreatif dan terukur. Media Bagaimana tadi kelanjutan cerita penyerangan serdadu Belanda terhadap Raja Sisingamangaraja. Apa yang Prof ketahui lagi? Prof. Dr. Laurence M Dua hari setelah Sisingamangaraja XII gugur, yaitu tanggal 19 Juni 1907, terjadi reaksi terhadap Belanda di Simanullang Toruan, di Sihotang, dan daerah Samosir bergolak. Namun semua yang mengadakan perlawanan ditangkap. Ompu Tuan Nabijak Manullang kemudian didenda 3000 guilders. Sihotang didenda 1000 guilders. Ompu Marhehe Malau bersama 10 anak buahnya gugur. Kemudian terjadi pemberontakan Si Hudamdam. Namun pemimpinnya berhasil ditangkap, seperti Laham Manullang dan Biding Simatupang, yang kemudian diketahui dibuang ke Digul. Sedangkan Ompung Tanggurung Munte, dibuang ke Ombilin, Sawahlunto. Ompung Ganjang Manullang dibuang ke Gunung Sitoli. Garam Manullang dibuang ke Nusakambangan. Peter Manullang dibuang Tanah Grogot, Kalimantan. Mereka masing-masing dihukum 8 delapan tahun. Belanda memang marah, sebab dalam pemberontakan si Hudamdam ini, kanselir WCM Muller Siborong-borong tewas. Demang dan Asisten Demang Siborong-borong juga luka-luka. Namun sebelum Sisingamangaraja XII gugur tahun 1907, Guru Somalaing Pardede, seorang datu, Panglima Sisingamangaraja XII, dan Pemimpin aliran Parmalim, dibuang pasukan Belanda ke Kalimantan, dan meninggal disana pada tahun 1896. Foto Lukisan Raja Sisingamangaraja XII Media Wah, 3000 gulden? Kira-kira senilai berapa itu sekarang? Dan banyak yang dibuang Belanda kemana-mana ya?. Prof. Dr. Laurence M Ya. Ternyata pahlawan Kemerdekaan itu sangat banyak dari Tanah Batak, yang gugur dan ditangkap Belanda. Itu saja yang berada di lingkungan kerajaan. Belum lagi pejuang-pejuang Batak lainnya. Bahkan sampai di denda gulden. Itu bisa membeli mobil Hammer anti peluru, kalau di investasikan sejak perang Batak sampai sekarang. Makanya di tanah Batak itu terukir sejarah monumental yang tidak bisa dilupakan. Bahkan pada waktu saya mampir di Belanda tahun 1976 itu tadi, saya suruh orang Belanda itu angkat koper saya dari lobby ke kamar hotel. Karena saya melihat udah agak tua, saya pikir pasti tentara pensiunan yang pernah bertugas di Indonesia. Tapi kasihan juga dan nggak tega. Saya kasih juga tip. Hmm… Media Raja Sisingamangaraja diketahui juga ahli strategi. Bagaimana dulu kira-kira strategi perangnya, dalam menghadapi Belanda ya? Prof. Dr. Laurence M Sisingamangaraja-lah yang mengumumkan perang Pulas tahun 1878, dan perang pertama diadakan di Toba Balige. Alpiso, putra Ompu Bontar Siahaan, Panglima Sisingamangaraja memobilisasi bala tentaranya dari Tangga Batu, bergabung dengan pasukan Sisingamangaraja yang lain di Balige, untuk menghadapi Belanda. Kemudian Raja Partahan Bosi dari Si Raja Deang Hutapea, Panglima SSM XII di Laguboti yang terkenal dengan hoda Bonggalanya, ikut perang pula. Pasukan Raja Sijorat Panjaitan yang mempunyai ilmu sangat tinggi juga bergabung dengan rakyat, dan tidak tinggal diam. Semua angkat senjata menghadapi Belanda, hingga kemudian Belanda kewalahan. Dari info inteligent, para Panglima SSM XII dapat info, bahwa bala bantuan tentara Belanda lengkap dengan meriam didatangkan dari Tarutung, Tapanuli. Maka para Panglimanya menyarankan agar SSM XII menyingkir ke Bakkara dan menantikan Belanda untuk pertempuran dahsyat di Bakkara. Disitulah ditemukan kekompakan orang Batak dalam menggelar perang rakyat semesta. Foto Makam Raja Sisingamangaraja XII di Bakkara Kemudian, menjelang tanggal 29 April 1878, Si Raja Deang Hutapea siap dengan tentaranya. Raja Sijorat Panjaitan dari Sitorang siap bersama para pejuang tangguh. Dari Pangaribuan dan pasukan Panglima Alpiso Siahaan dari Tangga Batu, dan pasukan setia lannya SSM XII sendiri siap untuk perang Pulas tanggal 29 April 1878 di Balige. Dan dibantu oleh pasukan perang dari uluan dan Porsea Media Mengenai kesaktian Piso Gaja Dompak itu, pangkal pisaunya satu tapi katanya ujung depannya bercabang dua, sehingga tidak bisa dicabut oleh siapapun selain SSM I sampai XII. Benarkah? Prof. Dr. Laurence M Ya, kalau menurut legenda, tatkala Piso Gaja Dompak itu bisa dicabut, maka piso itu marmehet-mehet berdesir-desir seperti suara kambing. Yang jelas, pisau itu hanya ada di kalangan keturunan raja. Ceritanya, ketika SSM XII berumur 6 tahun, dia memanjat pohon dan menggantungkan kakinya di cabang pohon, tapi kepalanya kebawah. Apa yang terjadi? Seketika itu juga, semua padi di Bakkara posisinya menjadi terbalik, dimana akar padi itu keatas dan ujung daun padi menukik kebawah. Lalu masyarakat setempat menyampaikan itu kepada SSM XI. Maka SSM XI pun sadar bahwa calon penggantinya telah lahir. Itu fakta bahwa Piso Gaja Dompak adalah tanda keselamatan Batak dari Mulajadi Nabolon, yang diserahkan kepada Raja Uti, dan selanjutnya dihadiahkan kepada SSM I sampai XII. Sebab Raja Uti itu lahir tidak mempunyai kaki dan tangan. Wajahnya juga berbeda dengan manusia biasa. Tubuh Raja Uti penuh dengan Rambut yang tidak bisa digunting dengan apapun. bersambung ke Bagian III Raja dan Ratu Belanda Datang, Jadi Ingat Piso Gaja Dompak Raja Sisingamaraja Sudah Kembali Bagian III Editor Danny PH Siagian, SE., MM Baca Juga Pengunjung 9,051 Continue Reading
Pisogaja dompak juga dipercaya sebagai senjata pusaka kerajaan Batak pada masa kerajaan Sisingamangaraja 1. Senjata tradisional ini tidaklah diperuntukkan untuk membunuh. Namun diyakini memiliki kekuatan supranatural yang bisa memberikan kekuatan bagi sang pemilik.
Daftar Isi Senjata Tradisional Suku Batak Toba 1. Piso Halasan 2. Piso Gading 3. Tunggal Panaluan 4. Piso Gaja Dompak Senjata Tradisional Suku Batak Karo 1. Piso Tumbuk Lada 2. Piso Surit Senjata Tradisional Suku Nias 1. Toho 2. Baluse Senjata Tradisional Suku Batak Dairi 1. Piso Sanalenggam Senjata Tradisional Suku Melayu 1. Meriam Puntung Medan - Etnis yang beragam di Sumatera Utara Sumut membuat kekayaan budaya wilayah ini berlimpah. Hal itu meliputi senjata tradisional. Detikers harus tahu, senjata tradisional khas Sumatera Utara sangatlah leluhur menggunakan senjata-senjata tersebut dalam berbagai kegiatan, mulai dari berperang, acara adat, berburu, dan lain-lain. Kira-kira, detikers tahu ada berapa banyak senjata tradisional di Sumatera Utara?Dilansir dari berbagai sumber, berikut detikSumut hadirkan sepuluh senjata tradisional khas Sumut. Simak selengkapnya di bawah ini! Senjata Tradisional Suku Batak Toba1. Piso HalasanBerasal dari Tapanuli Utara, piso halasan merupakan senjata tradisional khas Sumut yang melambangkan kebesaran suku Batak dari van Zonneveld 2001, piso halasan berbentuk pedang bermata tunggal yang sedikit melengkung. Pisau dari pangkal sedikit semakin lapang, sempit di tengah, sedang di anggota ujung runcing tapi semakin lapang dari anggota tengah. Biasanya, piso halasan terbuat dari tanduk Halasan Istimewa/Instagram sarung pedang, terbuat dari bahan logam. Panjang keseluruhan piso halasan mencapai 76 cm dengan mata pisau sepanjang 50 cm. Di bagian gagang piso halasan diukir dengan ornamen yang indah. Dan terdapat ukiran seperti singa bertanduk harus tahu, nih, yang boleh memiliki piso halasan adalah pemimpin batak yang sudah benar otoritas sampai di tingkat Bius. Secara filosofi, pisau merupakan simbol kecerdasan sedangkan sarungnya dilambangkan sebagai hukum yang melaksanakan penangkal dari hal yang bersifat perbuatan yang dapat merugikan Piso GadingMasih dari Toba, senjata satu ini bukanlah sembarang piso karena hanya boleh dimiliki raja. Berbentuk pedang dengan bilah piso gading sedikit melengkung dan biasanya merupakan senjata yang beracun. Racun yang terdapat dalam pedang tersebut dapat menyerang sistem syaraf otak sehingga mampu melemahkan otak dan juga dapat menyerang Tunggal PanaluanTunggal Panaluan Foto Istimewa/Instagram nyamangalleryTunggal Panaluan ini merupakan senjata tradisional yang berbentuk tongkat. Biasanya, tunggal panaluan dimiliki oleh raja-raja yang meyakini, tunggal panaluan ini memiliki kekuatan supranatural, detikers! Biasanya, senjata tradisional ini digunakan saat upacara adat seperti meminta hujan, menolak bala, dan sebagainya. Ukiran dari senjata ini berupa hewan atau manusia yang tersusun ke Piso Gaja DompakApakah detikers kenal dengan Sisingamangaraja XII? Tenang, kita memang masih tetap membahas senjata tradisional, kok. Hubungannya dengan Sisingamangaraja XII lantaran senjata satu ini, piso gaja dompak, merupakan senjata dari pahlawan Sisingamangaraja ini dipergunakan Sisingamangaraja XII dalam upayanya mengusir penjajah Belanda dari Tanah Batak. Karena digunakan Sisingamangaraja XII, banyak yang meyakini senjata tersebut memiliki kekuatan supranatural terbilang lebih pendek dari pedang, apabila dibandingkan dengan belati, piso gaja dompak lebih panjang. Di bagian gagang piso gaja dompak dibuat ukiran berbentuk gajah dengan sarungnya berwarna Tradisional Suku Batak Karo1. Piso Tumbuk LadaKali ini kita berpindah ke masyarakat Karo, detikers. Senjata satu ini masih tergolong senjata tradisional khas Sumatera Utara. Piso tumbuk lada merupakan senjata khas dari Kerajaan Aru Karo dan Melayu pesisir Tumbuk Lada Foto Istimewa/Instagram memang boleh pendek detikers, tetapi senjata ini cukup berbahaya karena termasuk senjata yang beracun. Dengan ukurannya yang pendek, Piso tumbuk lada digunakan dalam pertarungan jarak termasuk senjata yang beracun, piso tumbuk lada bukan tergolong sebagai senjata berperang. Piso tumbuk lada lebih dikenal dengan ilmu Piso SuritSelain Tumbuk Lada, orang Batak Karo juga punya Piso Surit. Nama senjata ini berasal dari bahasa Karo, yakni piso berarti 'pisau' dan surit berarti 'tarung'. Sesuai namanya, piso surit dulunya digunakan orang Karo untuk melawan pasukan penjajah ini punya bentuk melengkung dengan gagang bercabang dua. Detikers dapat melihat langsung senjata kebanggaan orang Karo ini di sejumlah museum, salah satunya di Museum Jamin Ginting yang ada di Desa Suka, Kabupaten Tradisional Suku Nias1. TohoJauh menyeberangi laut, senjata tradisional satu ini berasal dari Pulau Nias. Namanya adalah toho yang berarti tombak dalam bahasa dari Warisan Budaya Indonesia, terdapat dua jenis toho yang digunakan masyarakat Nias, yaitu Toho Sondrami yang dipakai untuk berburu dengan ciri mata tombak yang memiliki kait dan Toho Bulusa atau Burusa yaitu tombak yang dipakai untuk Foto Dok. Museum Pusaka NiasToho merupakan benda yang digunakan Raja Sirao Uwu Zih, soerang tokoh utama dalam kisah tentang asal-usul Orang Nias untuk menguji sembilan orang anaknya yang salah satu dari mereka, jika berhasil melewati ujian akan diangkat menjadi mata Toho terbuat dari besi tempa oleh dikerjakan oleh para sihambu atau pandai besi. Panjang mata Toho dihitung dari ujung sampai pangkal mata Toho yang tersambung dengan kayu Akhe yang keras namun cukup lentur kira-kira 1,5 meter. Sedangkan di pangkalnya menggunakan kayu akhe yang dibuat BaluseSenjata tradisional khas Sumut ini digunakan para prajurit di Nias perlindungan terhadap tombak dan pedang. Melansir dari Museum Pusaka Nias, baluse berasal dari Hili'adulo, Nias sejarahnya, baluse menjadi salah satu senjata utama masyarakat suku Nias dalam berperang. Baluse juga digunakan sebagai pertahanan melawan Penjajahan Belanda yang bermukim di Tradisional Suku Batak Dairi1. Piso SanalenggamSenjata tradisional satu ini memiliki banyak sebutannya lho, detikers. Sebutannya yang lain ialah piso sanalenngan, piso sinalenggam, piso sinalenggan, piso surik sinalenggan, dari van Zonneveld 2001, piso sanalenggam memiliki bentuk melebar dari gagang hingga ujung dengan satu sisi potong yang tajam. Pedang ini biasanya tidak memiliki rongga atau belahan tengah. Bentuknya menyerupai bentuk S dan dari gagang ke ujungnya berbentuk sedikit yang digunakan dalam senjata ini terbuat dari kayu atau tanduk dengan hiasan ornamen di ujungnya. Ujung gagang membengkok ke arah kenop gagang. Kenop dan cincin gagangnya biasanya terbuat dari dibuat dari kayu dan permukaannya datar. Lebar lubang sarung dibuat lebih besar dari diameter pisau. "Piso Sanalenggam" digunakan oleh etnis Batak, terutama Suku Batak Tradisional Suku Melayu1. Meriam PuntungBeralih ke daerah Melayu, detikers. Senjata tradisional satu ini merupakan peninggalan sejarah yang bisa dijumpai di Istana Maimun. Senjata ini punya cerita menarik karena peletakannya di halaman istana di dalam sebuah bangunan rumah adat Batak itu, asal muasal penamaan senjata ini karena karena meriamnya tak utuh lagi alias ini memiliki kisah yang berkaitan dengan Kerajaan Aru dan juga kisah dari Putri Hijau. Seperti senjata tradisional yang lain, meriam puntung dianggap memiliki kekuatan gaib yaitu dapat meledak walau sulut apinya tidak buntung di halaman Istana Maimun Foto Wahyu Setyo Widodo/detikcomNamun dari sumber yang berhasil didapat detikSumut bahwa meriam puntung merupakan bukti penaklukan Kesultanan Deli terhadap Kerajaan dari Piso Halasan sampai Meriam Puntung, semuanya merupakan senjata tradisional khas Sumatera Utara. Dari sepuluh senjata tadi, adakah yang berasal dari suku detikers? Simak Video "Rencong, Senjata Tradisional Khas Aceh, Aneuk Laot Sabang" [GambasVideo 20detik] dpw/dpw
o2yHz.