Disini, terbedakan alat-alat yang dipakai dalam perayaan liturgi: Alat-alat liturgi alami, &. Alat-alat liturgi buatan. Ad. 1 ALAT-ALAT LITURGI ALAMI. Alami maksudnya: semua sarana liturgi diambil dari alam yang masih murni. Air: air memiliki makna simbolis yakni untuk mengungkapkan pembersihan dosa dan penganugerahan keselamatan hidup baru.WARNA LITURGI GEREJA KATOLIK - Warna-Warna Liturgi dalam Gereja Katolik - Kristenly Mengenal Warna Pakaian Liturgi Gereja Enam Warna - YouTube Gereja Katolik - TATA WARNA LITURGI Penggunaan warna liturgi berkembang bersama-sama dengan sejarah pakaian liturgi. Penentuan warna liturgi sebagai simbol liturgi berhubungan dengan sejarah pembuatan warna pada zaman kuno. Pada zaman kuno, Warna Liturgi dalam Liturgi Katolik Lingkungan Mari Belajar Mengenal Warna-Warna Liturgi Dalam Gereja Katolik - YouTube Vina Veronika no Twitter “Ada banyak warna liturgi dalam Katolik. Berikut makna warna liturgi ungu dalam misa 🙏🏽… " Memahami Warna Liturgi Gereja, Maknanya, dan Anti Hoaks Tahun Liturgi - AmoreDio Warna Liturgi Gereja Katolik - YouTube Gereja Katolik di Kabupaten Demak yang Ber-visi Menghadirkan Kerajaan Allah Melalui Keluarga yang Semakin Beriman, Tangguh dan Misioner Menu HOME Katekese Gereja Katolik Hukum Gereja Artikel Iman Wisata Religi Domestik Orang-orang Kudus … Tahun Liturgi Liturgi Gereja Katolik Gereja Kristen Warna liturgi, kalender warna, kekristenan, liburan, kalender png PNGWing Seputar Liturgi dan Perayaan Ekaristi Gereja Katolik - ARTI WARNA LITURGI MERAH MUDA ROSE Warna merah muda berarti sukacita dan kebahagiaan. Warna ini hanya dipakai pada hari Minggu Gaudete Minggu Adven III Renungan Pagi Tahun liturgi, warna liturgi dan Perayaan liturgi yang digolongkan dalam beberapa tingkat, menurut pentingnya Warna Warna Liturgi Dalam Gereja Katolik - The Santo Katolik Jost Kokoh ar Twitter “Mengenal Aneka Warna Liturgi Katolik yang Satu, Kudus dan Apostolik 2… ” Yuk, Mengenal Warna-Warna Liturgis Lux Veritatis 7 Pakaian liturgi ARTI WARNA LITURGI UNGU Warna ungu… - Seputar Liturgi dan Perayaan Ekaristi Gereja Katolik Facebook Minggu Adven III Disebut Minggu Gaudete - Paroki Maria Marganingsih Kalasan Warna Liturgi ~ 35+ images mengenal warna liturgi, mengenal warna liturgi, warna liturgi Gereja Katolik - ARTI WARNA LITURGI HIJAU Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi Baru 26+ Liturgi Ragam Warna Keuskupan Bandung - Blog Post Jost Kokoh on Twitter “Mengenal Aneka Warna Liturgi Katolik yang Satu, Kudus dan Apostolik 2… " ![SALAH] Warna Liturgi Khusus Pekan Suci Pada Tri Hari Suci - SALAH] Warna Liturgi Khusus Pekan Suci Pada Tri Hari Suci - Warna-warna Liturgi Gereja Katolik – jmaximilliena Tahun liturgi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Pengetahuan - Putra Altar & Putri Sakristi GEREJA SANTO LAURENSIUS 2 Tahun Liturgi PDF Seputar Liturgi dan Perayaan Ekaristi Gereja Katolik - ARTI WARNA LITURGI HIJAU Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, Makna Warna-Warna Liturgi – Catholic Encyclopedia KALENDER LITURGI BULAN AGUSTUS 2015 – Santo Yoseph Palembang WARNA LITURGI GEREJA KATOLIK - YouTube Blue Chasuble Vestment Liturgi Warna liturgi, kielich, tshirt, biru png PNGEgg Warta Ambrosius Mingguan 022 [14 Juli 2019] Gereja St Ambrosius BELAJAR LITURGI WARNA DAN BUSANA LITURGI Bolsa de corporales Vestment Chalice Warna liturgi, altar, agama, altar, mencuri png PNGWing WARNA LITURGI GEREJA KATOLIK DAN MAKNANYA…. PACE E BENE MEA CVLPA - YouTube Seputar Liturgi dan Perayaan Ekaristi Gereja Katolik - ARTI WARNA LITURGI MERAH Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka warna merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan darah para martir sebagai saksi-saksi Kalender Liturgi Katolik Bulan Oktober 2020 Dalmatic Chasuble Warna liturgi Sulaman, Stola, tekstil, lainnya png PNGEgg Mengenal Siklus Tahun Liturgi - Katolik - Roma Indonesia By Yahoonta Busana Liturgis Imam Katolik AkuTahuImanku PDF Warna Liturgi Warna liturgi WARNA LITURGI MERAH MUDA ROSE/PINK PADA MINGGU ADVEN KETIGA DAN MINGGU PRAPASKAH KEEMPAT Seputar Liturgi Ekaristi Gereja Katolik Rompi Putih Massa Gereja Chasuble - Buy Jubah,Jubah Putih,Gereja Jubah Product on Kalender Liturgi Katolik 2020 Bulan Agustus Lengkap - Insight Tour Prapaskah - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Youcat Kristus sang Raja Liturgi tahun Liturgi Calendario liturgico, APARECIDA, lain-lain, struktur, kedatangan png PNGWing Gereja Katolik - ARTI WARNA LITURGI HITAM Warna hitam merupakan lawan warna putih dan melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengorbanan, malam, kematian dan kerajaan orang mati. Maka, warna hitam dapat melambangkan kesedihan dan kedukaan KALENDER LITURGI JANUARI 2020 - Warna Liturgi dalam Gereja Katolik - YouTube Dasar pemilihan warna kasula dan stola Pekan Suci PDF WARNA PAKAIAN LITURGI BERBEDA-BEDA. Kenapa ? Seputar Liturgi Ekaristi Gereja Katolik kalender liturgi Tahun liturgi - Wikiwand Minggu Adven III Disebut Minggu Gaudete - Paroki Maria Marganingsih Kalasan Makna Warna Ungu Dalam Kristen ![SALAH] Warna Liturgi Khusus Pekan Suci Pada Tri Hari Suci - SALAH] Warna Liturgi Khusus Pekan Suci Pada Tri Hari Suci - Kalender Liturgi Katolik Bulan Februari 2021 Misa Kamis Putih “Yesus Datang dengan Segala Kerendahan Hati Untuk Melayani” Warna Liturgi - Lusius Sinurat Kasula Chasuble Jubah Romo Katolik Manik Putih 13 Misa Natal, Paskah Shopee Indonesia Warna liturgi Warna Warni Busana Liturgi tektek inbound275484269966147250 Pages 51 - 71 - Flip PDF Download FlipHTML5 Warna Warna Liturgi Dalam Gereja Katolik Ide Perpaduan Warna Paroki Bintaro Jaya - Santa Maria Regina inbound275484269966147250 Pages 51 - 71 - Flip PDF Download FlipHTML5 Mengenal Kalender Liturgi Gereja Katolik Warna Tata Waktu Liturgi PDF Liturgi Juni 2021 - Paroki Minomartani Kasula Chasuble Jubah Romo Katolik Pink 5 persiapan Natal & Paskah Shopee Indonesia Orang Muda Katolik Indonesia - WARNA LITURGI HITAM Warna hitam mungkin sekarang jarang sekali dipergunakan, namun warna ini juga merupakan salah satu warna liturgi Gereja. Warna hitam biasanya digunakan saat • Peringatan Revised Common Lectionary - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Pakaian Liturgi Info dan Renungan Harian Katolik BUSANA LITURGI GEREJA KATOLIK. Rapat Pengurus Inti 20 Agustus 2013 Aribowo, - PDF Download Gratis Liturgi November 2020 - Paroki Minomartani Bakti 004 - Gereja Katolik Keluarga Kudus Baru 20+ Makalah Tentang Warna Liturgi Minggu Adven III Disebut Minggu Gaudete - Paroki Maria Marganingsih Kalasan Stola Pejabat Gereja GKJW - GKJW Kalender Liturgi 2021 Tahun B, Minggu, 04 hingga 10 Oktober 2021 - Katolikku Sebaiknya Anda Tahu Kalender Liturgi 2018 Tahun B/II – St. Gabriel, Bandung Instagram posts - MINGGU PRAPASKAH IV Warna Liturgi Pink adalah MINGGU LAETARE BANK SOAL LITURGI 2017 2.docx - KISI-KISI DAN SOAL LITURGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KD 1 Menghayati dan mengamalkan arti tanda dan symbol Course Hero Warna liturgi Kalender Liturgi Katolik Archives - Insight Tour Tahun Liturgi Liturgi Saint Catholicism Gereja Ortodoks Timur, lainnya, lain-lain, yang lain, Gereja Ortodoks timur png PNGWing Kalender Liturgi 2021 Tahun B, Minggu, 04 hingga 10 Oktober 2021 - Katolikku KALENDER LITURGI APRIL 2020 - Trihari Suci Triduum dan Minggu Paskah, Puncak Liturgi Gereja Katolik – KomKat KWI KATEKESE LITURGI 11 Samir - 026 Prodiakon - OBOR Kasula AVILA SHOP Kalender Liturgi Katolik Juli 2021 Lengkap dengan Arti Warna Liturginya PerlengkapanLiturgi. Busana Liturgi; Peranti Liturgis; Musik Liturgi; Tata Kata Liturgi; Kalender Liturgi. Kalender Liturgi; Bacaan Masa Advent & Natal; Bacaan Masa Prapaskah & Paskah; Bacaan Bagian Pertama Masa Biasa; Bacaan Bagian Kedua Masa Biasa; Hari Liturgis yang berubah-ubah; Mengenal Hari Raya Gereja; Bunga Liturgis. Bunga dalam Liturgi © Fr. Patris Arifin sx Pengantar Liturgi merupakan unsur sentral dalam gereja Katolik. Perlu ditegaskan bahwa Liturgi dalam Gereja Katolik setua Gereja itu sendiri. Itu artinya, untuk memahami dengan lebih menyeluruh bagaimana asal mula liturgi, perkembangannya dalam zaman, dan praktik yang masih kita lihat hari ini dalam Gereja, kita perlu sebentar melihat sejarah lahirnya Gereja. Hal itu akan menjadi bahasan awal dalam paper ini. Liturgi, yang menjadi kebaktian umum resmi seutuhnya integrum cultim publicum[1] dalam Gereja Katolik, memberi sutu kekhasan tersendiri bagi Gereja dalam menghadirkan wajah Allah di dunia. Dengan Liturgi, Gereja menegaskan bahwa Allah bekerja melalui tanda, masuk dalam keterbatasan manusia dan membiarkan diri-Nya dipahami. Dengan demikian, Liturgi merupakan penerjemahan teologi Kristiani tentang Inkarnasi, suatu langkan besar yang diambil Allah untuk memasuki sejarah manusia dan hidup di antara kita. Itulah mengapa liturgi merupakan sakramen/tanda. Liturgi di satu sisi sangat teologis/spiritual, tetapi serentak juga menyangkut hal praktis/material dalam tata peribadatan Gereja. Ketika masuk dalam gereja katolok misalnya, orang akan terpesona atau malah bertanya-tanya melihat banyaknya barangkali rumitnya cara orang Katolik berdoa. Kita ambil contoh perayaan Ekaristi yang memiliki tata liturgis yang padat mulai dari perarakan masuk dan nyanyian, salam pembuka, bacaan, liturgi ekaristi, lalu liturgi penutup. Hal tersebut belum termasuk tata gerak dan sebagainya. Jangankan orang di luar Gereja, kita sendiri bahkan kerap kali bingung berkaitan dengan hal-hal praktis ini. Tetapi apakah inti liturgi terletak di sana? Paper ini akan membahas bebrapa pokok penting selain yang telah diuraikan di atas, yaitu Pengertian Liturgi, Hubungan Liturgi dengan Sakramen, Tahun Liturgi, Busana, Bacaan, Alat Liturgi, Paraliturgi, dan Hubungan Paraliturgi dan Sakramentali. Liturgi Mengakar dalam Tradisi Mempelajari perkembangan kristianitas tidak bisa terlepas dari akar Yudaisme. Dengan mendalami dan memahami akar Yahudi dari Kristianitas, pembaca modern dapat mengenal dalam dan luasnya Kristianitas[2]. Sebagai komunitas yang berkembang dalam tradisi Yudaisme, Kristianitas banyak mewarisi nilai dan pandangan Yahudi[3]. Akan tetapi kesan bahwa Kristianitas ialah cangkokan Yudaisme disangkal dengan kenyataan bahwa orang Kristen adalah orang Yahudi yang memisahkan diri karena konsep keselamatan dan pemenuhan taurat yang berbeda. Itu artinya, tanda yang berupa barang atau tata gerak yang barangkali sama atau diwariskan dari tradisi Yahudi tetap saja dimaknai secara berlainan dalam Kristianitas. Maksudnya ialah bahwa nilai tradisi itu tidak ditempel begitu saja, melainkan dimaknai “secara baru.” Hari Sabath misalnya yang mengharamkan orang untuk banyak beraktivitas, justru dilihatnya Yesus sebagai hari pembebasan menyembuhkan orang sakit, Lukas 1310-17. Salah satu contoh ritus yang dipinjam dari tata peribadatan Yahudi ialah ibadat sabda. Ibadat sabda mencakup dua bacaan yang disisipi dengan mazmur tanggapan dan diakhiri dengan homili. Ibadat sabda masih bertahan dalam bagian pertama tata perayaan Ekaristi kita sampai saat ini. Selain Yahudi, sumber tradisi yang memperkaya perkembangan lturgi Gereja Katolik ialah corak budaya Yunani-Romawi. Pada abad-abad awal, Gereja berkontak langsung dengan budaya Yunani-Romawi terutama pasca Kaisar Septimus Severus yang berakhir dengan keluarnya Edikt milano[4] oleh Konstantinus dan Licinius berisi pengakuan pemerintah terhadap eksistensi Kristianitas di kekaisaran Roma. Di Roma, sebagaimana halnya di beberapa negara sekitar Laut Tengah, bahasa liturgi yang dipakai sekitar abad pertama ialah bahasa Yunani menggantikan bahasa Aram. Pengaruh kedua budaya besar ini juga tampak dalam terbentuknya perayaan inisiasi Kristen seperti pembaptisan, pengusiran setan dan pengurapan-pengurapan.[5] Dari kalangan Yunani pula muncul kebiasaan menyusun rumusan doa dalam kaidah pidato terutama kaidah simetri dan kaidah untuk mengakhiri kalimat secara ritmis. Istilah-istilah teknis dalam liturgi tak terhitung jumlahnya banyak berasal dari dunia Yunani, antara lain kata liturgi sendiri Liturgeia; demikian pula kata ekaristi, eulogi, prefasi, kanon, anamnesis, adven, eksorsisme, dll. Akhirnya, dari sumber Yunani pula muncul beberapa bentuk doa tertentu seperti litani para kudus, lalu rumusan seperti sepanjang segala masa’, sampai kekal’, Tuhan kasihanilah Kami’, dll. Demikian nilai-nilai budaya diangkat menjadi suatu tata peribadatan Gereja. Pengertian Liturgi Arti Harafiah Untuk memahami arti liturgi, lazimnya orang memulai dengan membedah makna kata liturgi itu sendiri. Liturgi berasal dari kata Bahasa Yunani, yaitu Leiturgia’ yang terdiri dari kata ergon’ =karya dan leitos’ =bangsa.[6] Jadi secara harafiah, leiturgia berarti karya atau pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Pengertian ini mendapat arti kultis sejak abad II masehi yang mengacu pada pelayanan ibadat. Arti itu terus berkembang hingga akhirnya dipersempit hanya untuk perayaan Ekaristi. Menurut KV II Konsili Vatikan ke II melihat liturgi sebagai “pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus, di situ pengudusan manusia dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing, di situ pula dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh tubuh mistik Kristus, yakni kepala beserta para anggotanya.” SC 7. Jelas di sini bahwa liturgi berarti bukan semata-mata ibadat paling sempurna yang dipersembahkan manusia kepada Allah, melainkan terutama merupakan perayaan karya keselamatan Allah bagi manusia melalui tanda-tanda. Untuk lebih dalam memahami makna liturgi dalam dokumen KV II ini kita mesti membacanya dalam terang dokumen lain seperti Lumen Gentium LG. Dalam LG 1 dikatakan demikian “Terang para bangsalah Kristu itu. Maka konsili suci yang terhimpun dalam Roh Kudus ingin sekali menerangi semua orang dengan cahaya Kristus yang bersinar pada wajah Gereja dengan mewartakan injil kepada semua makhluk. Namun Gereja itu dalam Kristus bagaikan sakramen, yaitu tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia.” Perayaan dalam bentuk tanda ini menuntut iman akan misteri penyelamatan Allah. Poin penting yang kembali ditegaskan di sini ialah bahwa liturgi merupakan tanda kehadiran Allah dalam atau melalui Gereja. Liturgi ialah karya Allah, bukan ciptaan manusia. Arti Populer Secara populer, liturgi sering dipahami sebagai upacara atau ritual publik Gereja. Yang dimaksud di sini ialah bahwa liturgi sering kali hanya diartikan secara umum seperti mengenai tata upacara peribadatan, petugas liturgi, peralatan doa, dll. Pengertian populer ini memberi nuansa atau penekanan pada peran manusia dalam liturgi. Liturgi sesungguhnya merupakan sekaligus karya Allah dan manusia. Karya manusia di sini bukan tambahan pada karya Allah, melainkan partisipasi atau keikutambilbagianan kita manusia dalam karya keselamatan Allah. Karena itulah kemudian liturgi dimaknai sebagai karya Gereja yang adalah tubuh Kristus dengan Kristus sebagai Kepala. Hubungan Liturgi dengan Sakramen Seperti telah disinggung dalam bagian pengantar di atas, liturgi dalam arti terdalam merupakan sakramen atau tanda nyata dan kelihatan dari misteri keselamatan Allah. Sebagaimana Gereja meyakini bahwa misteri keselamatan Allah ditampakkan melalui peristiwa-peristiwa konkret di dalam dunia ini dan dan secara paling sempurna dan lengkap terungkap dalam diri Yesus Kristus, maka Gereja yang didirikan Kristus menjadi tanda nyata dan kelihatan dari karya keselamatan Allah tersebut. Dalam meneruskan tugas itu, Gereja di satu sisi menyadari bahwa manusia merupakan roh yang membadan, oleh karena itu ia juga merupakan makhluk simbolis. Untuk itu, karya keselamatan itu mesti dihadirkan dalam wujud yang kelihatan dan konkret yang kemudian kita kenal dan alami melalui ke-7 sakremen. Dari segi cakupan, liturgi memang bisa dikatakan lebih luas dari sakramen sebab liturgi mencakup seluruh bentuk kebaktian dalam Gereja yang tidak hanya terbatas pada ke tujuh sakramen, melainkan juga Ibadat Harian. Secara ringkas, liturgi terdiri dari sakramen lengkap dan dengan segala upacara yang menyertainya dan ibadat harian, sedangkan sakramen merupakan konkretisasi dari karya penyelamatan Allah Liturgi kepada manusia.[7] Tahun Liturgi, Busana, Bacaan, Alat Liturgi Tahun Liturgi Mungkin Anda bertanya, Apa itu Tahun Liturgi? Mengapa liturgi berulang setiap tahun? Secara umum, Gereja meyakini bahwa karya keselamatan Allah yang terungkap secara sempurna dalam diri Yesus itu terjadi dalam waktu historis. Oleh karena itu, meskipun karya penyelamatan itu terjadi sekali untuk selamanya, tetapi kita tetap harus mengenang kembali dan menghidupkan peritiwa itu sepanjang tahun dengan penuh rasa Syukur. Filsuf Denmark, Soren Kierkergaard, mengatakan “Pilihannya hanyalah kita menghadirkan Yesus dalam Zaman kita atau kita tidak usah melakukan apa-apa sama sekali.” Inti dari pengulangan ialah pembiasaan atau habitus/keutamaan. Pengulangan membentuk suatu kebiasaan. Dengan demikian tahun liturgi yang terus diulang membuat peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah keselamatan meresap dalam seluruh waktu kita. Tahun Liturgi atau Tahun Gereja menerapkan misteri kehidupan Kristus—sejak penjelmaan sampai kedatangannya yang kedua dalam kemuliaan—ke dalam kalender tahun biasa. [8] Tahun liturgi diawali dengan masa Adven penantian lalu berakhir pada perayaan Kristus Raja Semesta Alam yang sekaligus menutup rangkaian liturgi satu tahun untuk memulai lagi. Perhatikan gambar berikut! Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Trihari Paskah yang puncaknya pada Malam Paskah. Tahun Liturgi terbagi dalam 3 masa [Masa Khusus, Masa Biasa, Pesta atau peringatan orang kudus]. Masa Khusus terdiri dari lingkaran Natal [masa Adven dan masa Natal] dan lingkaran Paskah [masa Prapaskah dan masa Paskah]. Masa Biasa terdiri dari 34 pekan biasa yang puncaknya pada hari Minggu. Pesta peringatan orang kudus merupakan kebiasaan Gereja untuk menghormati orang-orang suci, dan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan. Bacaan Liturgi Dalam Kalender Liturgi juga kita mengenal pembagian tahun untuk mengatur pembacaan injil pada hari minggu, yaitu tahun A Injil Matius, tahun B Injil Markus, dan tahun C Injil Lukas. Sedangkan untuk misa harian diatur dalam tahun ganjil/genap [tahun I / tahun II]. Warna Liturgi Gereja Katolik mempunyai pemahaman tersendiri akan warna. Setiap warna merefleksikan nilai dan makna rohani tertentu. Begitu juga kapan waktu pemakaian warna tersebut disesuaikan dengan masa-masa dan perayaan-perayaan atau pesta tertentu menurut penaggalan kalender liturgi. Warna yang dimaksud dalam liturgi adalah warna Stola selempang/selendang dan Kasula Mantol Lebar/Pakaian Paling Luar Imam yang dipakai oleh Imam, begitu juga dengan warna yang dikenakan Prodiakon, Lektor/Lektris dan Putra/Putri Altar, kain-kain altar, dll., disesuaikan dengan petunjuk kalender liturgi. Pemilihan warna liturgi amat dipengaruhi oleh penafsiran makna atas simbol warna sebagaimana dipahami suatu budaya dan masyarakat tertentu. Dalam liturgi, warna melambangkan 1. Sifat dasar misteri iman yang kita rayakan, 2. Menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi Warna Hijau Warna hijau melambangkan warna yang terang, melegakan, manusiawi, menyegarkan. Warna hijau ini juga dikaitkan dengan musim semi yang didominasikan sebagai warna yang kontemplatif dan tenang. Warna liturgi hijau ini biasanya dipakai sepanjang masa biasa. Warna Merah Warna merah melambangkan api dan darah dan juga melambangkan penumpahan darah para martir gereja sebagai saksi-saksi iman sebagaimana Yesuspun rela berkorban hingga wafat di kayu salib dan mengeluarkan darah demi menebus dosa manusia. Warna merah dimaksudkan agar para uskup, imam, diakon harus rela menjadi martir dan berani bersaksi demi Yesus Kristus. Warna liturgi merah dikenakan pada saat perayaan mengenangkan sengara dan wafat Yesus Minggu Palma dan Jumat Agung, Hari Raya Pentakosta, Perayaan para pengarang Injil, Perayaan para martir, Perayaan Roh Kudus. Warna Putih dan Kuning Warna Putih/kuning menandakan hidup baru sebagimana dalam liturgi baptis para baptisan baru mengenakan pakaian putih dan diberi kain putih. Warna putih dipandang sebagai warna kesucian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan, kebenaran mutlak, kemurnian sempurna, kejayan yang penuh, kesempurnaan, kemenangan, kemuliaan abadi. Dalam liturgi gereja warna liturgi putih atau kuning bisa digunakan secara bersama-sama atau hanya digunakan salah satu putih atau kuning. Warna liturgi putih/kuning digunakan dalam perayaan Yesus Kristus kecuali Minggu Palma dan Jumat Agung, Perayaan Natal dan Paskah,sepanjang masa Natal dan Paskah,seputar Peringatan Santa Perawan Maria, seputar peringatan para kudus bukan para martir misalnya Hari Raya Semua Orang Kudus 1 November, Santo Yohanes Pembaptis 24 Juni, Santo Yohanes Penginjil 27 Desember, Takhta Santo Petrus Rasul 22 Februari, Bertobatnya Santo Paulus 25 Januari, dan semua saja yang termasuk pesta orang kudus bukan martir. Warna Merah Muda Warna merah muda melambangkan sukacita atau kebahagiaan. Biasanya warna liturgi ini digunakan pada Minggu Prapaskah IV Laetarete dan juga pada Minggu Adven III Gaudete yang artinya mengajak kita untuk mempersiapkan diri karena Masa Natal dan Paskah akan segera tiba. Apabila tidak tersedian warna liturgi merah muda pada kasula/dalmatik, maka warna ungu dapat menggantikan merah muda. Warna Ungu melambangkan pertobatan, kebijaksanaan, keseimbangan, mawas diri, sikap berhati-hati. Warna liturgu ungu biasnya digunakan pada saat ibadat tobat, masa prapaskah, masa adven, peringatan arawah, dan juga untuk liturgi disekitar kematian. Warna ungu dapat menjadi ganti dari warna hitam. Warna Hitam Warna Hitam merupakan warna yang paling jarang ditemukan dalam kasula/ Hitam ini melambangkan ketiadaan, kedukaan, kegelapan, pengorbanan, malam, kematian, kerajaan orang mati. Warna liturgi dapat digunakan pada liturgi saat kematian warna liturgi ini sifatnya fakultatif/tidak wajib.[9] Busana dan Alat Liturgi Dalam Gereja Katolik kita mengenal sebutan Religius dan awam atau imam dan pelayan imam. Sebutan ini memberi penekanan akan perbedaan model panggilan yang dihayati oleh umat Katolik dalam Gereja. kaum biarawan ialah mereka yang berkaul, maka juga religius, sedangkan kaum awam ialah sebutan untuk umat biasa yang tidak mengikrarkan kaul-kaul religius dan tetapi tetap ikut ambil bagian dalam pelayanan liturgi membantu imam. Perbedaan ini lebih merupakan perbedaan fungsi dan tugas, selebihnya kaum awam dan religius atau imam dan umat sama-sama merupakan anggota Gereja Kristus. Pembedaan ini juga nampak dalam busana liturgi. Berikut akan dijelaskan beberapa busana liturgi yang dikenakan imam. Amik Amik adalah kain putih segi empat dengan dua tali di dua ujungnya atau ada juga model modern lain yang tidak segi empat dan tanpa tali. Amik yang melingkari leher dan menutupi bahu dan pundak itu melambangkan pelindung pembawa selamat keutamaan harapan, untuk mengatasi serangan setan. Kain itu secara praktis juga berfungsi untuk menutupi kerah baju supaya tampak rapi, untuk menahan dingin, atau sekaligus untuk menyerap keringat agar busana liturgis pada zaman dulu yang biasanya amat indah dan mahal tidak mengalami kerusakan. Alba Pakaian putih Latin alba = putih panjang; simbol kesucian dan kemurnian yang seharus-nya menaungi jiwa diakon/ imam yang me-rayakan liturgi, khususnya Pe-rayaan Ekaristi. Alba dengan warna putihnya itu sendiri secara simbolis mengingatkan kita akan komitmen baptis dan kebangkitan. Sebenarnya alba juga boleh dipakai untuk pelayan altar lainnya, bahkan—meski tidak lazim—untuk lektor dan pemazmur. Single Tali pengikat alba pada pinggang ini merupakan simbol nilai kemurnian hati chastity dan pengekangan diri. Biasanya berwarna putih atau sesuai dengan warna masa liturginya. Biasanya singel dipakai jika model alba membutuhkan-nya atau jika dipakai stola dalam PUMR 336. Jubah Jubah merupakan pakaian standar liturgi. Sudah amat lazim bahwa lektor—juga beberapa petugas liturgis lainnya, seperti pemazmur dan pembagi komuni, bahkan kelompok paduan suara—mengenakan jubah atau busana semacamnya. Tidak ada aturan khusus untuk itu. Superpli Superpli merupakan pengganti alba, potongannya tidak sepanjang alba. Ber-warna putih. Superpli tidak sampai mata kaki, cukup sebatas lutut dengan perge-langan tangan yang cukup lebar. Tidak boleh sembarangan memakai superpli. Alba dapat diganti superpli, kecuali kalau dipakai kasula atau dalmatik, atau kalau stola menggan-tikan kasula atau dalmatik PUMR 336. Stola Stola adalah semacam selendang panjang; simbol bahwa yang mengenakannya sedang melaksanakan tugas resmi Gereja, terutama menyangkut tugas pengudusan imamat. Stola melambang-kan otoritas atau ke- wenangan dalam pelayanan sakra-mental dan berkhot-bah. Secara khusus, sesuai dengan doa ketika mengenakan-nya, stola dimaknai sebagai simbol kekekalan. Kasula Kasula, disebut juga planeta, adalah pakaian luar yang dikenakan di atas alba dan stola. Kasula merupakan busana khas imam, khususnya selebran dan konselebran utama, yang dipakai untuk memimpin Perayaan Ekaristi. Kasula melambangkan keutamaan cinta kasih dan ketulusan untuk melaksanakan tugas yang penuh pengorbanan diri bagi Tuhan. Dalmatik Dalmatik dikenakan setelah stola diakon. Ini adalah busana resmi diakon tatkala bertugas melayani dalam Misa/Perayaan Ekaristi, khususnya yang bersifat agung/meriah. Busana ini melambang-kan sukacita dan kebaha-giaan yang merupakan buah-buah dari pengab-diannya kepada Allah. Velum Velum adalah semacam kain putih/kuning/emas lebar yang dipakai pada punggung ketika membawa Sakramen Mahakudus dalam prosesi ingat saat pemindahan Sakramen Mahakudus pada bagian akhir Misa Pengenangan Perjamuan Tuhan, Kamis Putih malam! dan memberi berkat dengan Sakramen Mahakudus. Pluviale/Korkap semacam mantel panjang Latin pluvia = hujan yang digunakan di luar Perayaan Ekaristi dan dalam perarakan liturgis, atau perayaan liturgis lain yang rubriknya menuntut digunakan busana itu misalnya untuk liturgi pemberkatan. Beberapa tambahan Kahusus untuk busana Uskup Pada umumnya, Uskup memiliki beberapa pakaian atau busana liturgi standar orang tertahbis seperti yang dimiliki imam, misalnya alba, stola, kasula, dll. Akan tetapi di samping itu ada beberapa perlengkapan yang dikenakan khusus oleh orang yang telah menerima tahbisan uskup. Perlengkapan itu antara lain jubah ungu setakat mata kaki; sabuk sutera ungu; rochet dari linen atau bahan sejenis warna putih; mozeta mantol kecil yang menutup pundak, dengan kancing di bagian depan ungu; salib pektoral salib dada dengan tali anyaman warna hijau-emas bukan dengan rantai; pileola topi kecil yang juga dikenal dengan nama solideo ungu; bireta topi segi empat dengan pom ungu; dan stocking/kaos kaki ungu. Selain pakaian, ada juga perlengkapan lain seperti tongkat. Uskup memiliki tongkat penggembalaan yang melambangkan dirinya sebagai gembala umat sebagaimana Yesus sendiri. Selain pakaian, kita juga mengenal yang namanya peralatan Liturgi. Dalam gereja Katolik, peralatan Liturgi sangat banyak jumlahnya. Paling sederhana yang perlu kita ketahui ialah peralatan liturgi yang digunakan imam dalam perayaan Ekaristi. Peralatan itu antara lain Ampul, dua bejana yang dibuat dari kaca atau logam, bentuknya seperti buyung kecil dengan tutup di atasnya sebagai tempat penyimpanan air dan anggur. Korporal, berasal dari bahasa Latin “corporale”, adalah sehelai kain lenan putih berbentuk bujursangkar dengan gambar salib kecil di tengahnya. Dalam perayaan Ekaristi, imam membentangkan korporale di atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan anggur. Lavabo, berasal dari bahasa Latin “lavare” yang berarti “membasuh”, adalah bejana berbentuk seperti buyung kecil, atau dapat juga berupa mangkuk, tempat menampung air bersih yang dipergunakan imam untuk membasuh tangan sesudah persiapan persembahan. Navikula disebut juga Wadah Dupa adalah bejana tempat menyimpan serbuk dupa yang akan dipakai di turibulum. Dalam penggunaannya, navikula tidak pernah terpisah dari turibulum. Palla berasal dari bahasa Latin “palla corporalis” yang berarti “kain untuk Tubuh Tuhan”, adalah kain lenan putih yang diperkeras, sehingga menjadi kaku seperti papan, bentuknya bujursangkar, dipergunakan untuk menutupi piala. Palla melambangkan batu makam yang digulingkan para prajuritRomawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus. Patena, berasal dari bahasa Latin “patena” yang berarti “piring”, adalah piring di mana hosti diletakkan. Patena, yang sekarang berbentuk bundar, datar, dan dirancang untuk roti pemimpin Perayaan Ekaristi, aslinya sungguh sebuah piring. Piala, dalam bahasa Latin disebut “calix” yang berarti “cawan”, adalah bejana yang tersuci di antara segala bejana. Piala adalah cawan yang menjadi wadah anggur untuk dikonsekrasikan. Piksis berasal dari bahasa Latin “pyx” yang berarti “kotak”, adalah sebuah wadah kecil berbentuk bundar dengan engsel penutup, serupa wadah jam kuno. Piksis biasanya dibuat dari emas. Piksis dipergunakan untuk menyimpan hosti yang sudah dikonsekrasi. Purifikatorium adalah kain yang terbuat dari linen, yang digunakan untuk menyeka bibir piala, untuk pembersihan nampan, untuk mengeringkan cawan dan untuk mengeringkan tangan para imam atau daikon. Sibori berasal dari bahasa Latin κιβώριον kibōrion yang berarti “piala dari logam”, adalah bejana serupa piala, tetapi dengan tutup di atasnya. Sibori adalah wadah untuk hosti yang akan dibagikan saat komuni. Turibulum atau disebut juga Pedupaan atau wiruk adalah sebuah alat untuk mendupai yang terbuat dari logam dan di gantung dengan rantai. Paraliturgi, dan Hubungan Paraliturgi dan Sakramentali. Pembahasan berikutnya ialah mengenai Paraliturgi dan hubungannya dengan Sakramentali. Pertanyaannya tentu saja apa itu paraliturgi? Apa hubungannya dengan sakramentali? Untuk memahami kedua bagian ini, kita akan terbantu dengan pembahasan sebelumnya mengenai sakramen dan liturgi. Menurut kamus Liturgi, paraliturgi berarti kegiatan rohani kaum beriman yang tidak terdapat dalam buku-buku liturgi resmi, dan tidak mengikuti pola dasar liturgi. Contoh paraliturgi misalnya *jam suci. Dalam kegiatan paraliturgi ini, aneka kegiatan rohani bisa dilakukan umat seperti melambungkan pujian, nyanyian dan juga khotbah. Dapat juga dikatakan bahwa paraliturgi berarti perayaan yang menjelaskan makna suatu misteri dengan menggunakan unsur-unsur liturgi, tetapi dengan tujuan yang lebih bersifat katekese dari pada ibadat.[10] Tidak jauh berbeda dengan itu, Sakramentali memiliki arti yang mirip dengan paraliturgi. Sakramentali berarti tanda-tanda suci yang memiliki kemiripan dengan sakramen. Sakramentali juga menandakan karunia-karunia, khususnya yang bersifat rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja SC 60. Sakramen berbeda dengan sakramentali. Sakramen menyangkut Gereja secara keseluruhan, sedangkan sakramentali selalu bersifat khusus, merupakan perwujudan doa gereja bagi orang tertentu. Contoh sialah upacara pengusiran setan, pemberkatan patung, air baptis, dll.[11] Pertanyaan selanjutnya ialah apa hubungan paraliturgi dengan sakramentali? Kedua hal ini saling berkaitan, bahwa paraliturgi dan sakramentali sama-sama merupakan perayaan bersifat khusus, dan situasional yang tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri lepas dari perwujudan sikap doa Gereja. Penutup Demikian pembahasan cukup sederhana mengenai beberapa pokok pelajaran. Beberapa hal yang dijelaskan di sini hanya merpakan bagian kecil dari pembicaraan besar dan luas mengenai liturgi. Akan tetapi, tentu saja bukan pada tempatnya membahas seluruh dokumen Gereja yang berkaitan dengan liturgi di sini. Karena itu, sebagai pemahama atau pembekalan dasar, apa yang Anda dalami melalui paper ini cukup memadai. [1] Jacobus Tarigan, Memahami Liturgi, Jakarta Cahaya Pineleng, 2011, 3 [2]The Story of Christianity p. 13 [3] Chadwick, Henry, The Early Church “The early Christians, Shared with the Jews the conviction that religion’ included the interpretation of the whole of life … like the Jews, the early Christian kept certain days for fasting.” [4] Eddy Kristianto, Gagasan yang Menjadi Peristiwa, Yogyakarta Kanisius, 2002, 49-56. [5] Theodor Klauser, Sejarah Singkat Liturgi Barat, Yogyakarta; Kanisius, 1991, 15 [6] Tarigan, Memahami Liturgi, 2 [7] Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Yogyakarta Kanisius, 1996, 396 [8] Lani, dkk., Ed, Youcat, Yogyakarta Kanisius, 2012, 186 [9] [10] Ernest Mariyanto, Kamus Liturgi, Yogyakarta Kanisius, 2004, 151 [11] Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, 444
- Չ ոвсо
- Νυ стυреφէյо
| ጡկዴቼ еብ | Η խኗεхаቺа | Циվи ሸрዋкըγοրа ቪл |
|---|---|---|
| Оδθսዉψፊ χаքοξисто վа | Ιֆаկ ጠωጊጳծէ | Ωчушыμахፒд νቡֆοኘօψ дрխж |
| Итракриς պаливсеժ рехиςяфижи | Рጩдра осеግուщеζу | ፖቅαца щеշ фիкраֆ |
| Осриσита одокезጬсв ωጼефунтኻ | ጆուмуглу ωвፎмоξиծа уኧև | Феዢ ቾ |
Macam-macam Tanda Liturgi dalam KatolikSimbol Simbol Liturgi dalam Agama Kristen1. Salib2. Lilin3. Merpati4. MinyakMinyak BaptisMinyak KrismaMinyak Pengurapan Orang Sakit5. Roti dan Anggur6. Air SuciMacam-macam Tanda Liturgi dalam – Simbol Liturgi. Liturgi merupakan kegiatan yang artinya bekerja sama, mengandung makna peirbadatan kepada Allah dan pelaksanaan ini biasanya dilaksanakan dalam tradisi Kristen saja. Fungsinya adalah untuk pengudusan Allah dan pemulaiaan-Nya melalui berbagai doa pembacaan Alkitab, pengakudan dosa, dan masih banyak melangsungkan ibadah Kristus sebagai Imam Agung dan mengamalkan tugas pertama dari tiga tugas pokok Kristus. Yaitu, sebagai raja, guru, dan juga imam dalam peribadatan dalam agama kepercayaan Kristen liturgi kerap disimbolkan dalam berbagai bentuk. Untuk mengetahui lebih jelasnya mari kita simak pembahasan mengenai simbol simbol liturgi yang ada di bawah Simbol Liturgi dalam Agama KristenLangsung saja tanpa banyak basa basi kembali, silahkan simak pembahasan lengkap mengenai simbol-simbol liturgi menurut agama Kristen. Anda bisa menyimak uraiannya di bawah SalibSalib adalah simbol yang sangat identik dengan Kristen. Bagi umat Katolik, salib bukan hanya digunakan dalam liturg gereja melainkan jgua dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya sebelum dan sesudah berdoa, kegiatan sakramen, dan masih banyak juga menjadi tanda lambang kemenangan Kristus dalam mengalahkan maut, serta mengingatkan kita akan besarnya kasih Yesus karena rela mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dosa manusia. Biasanya salib digunakan untukMemasuki gereja, yakni umat menandai diri dengan air suci di samping pintu gereja sebagai tanda dan mengakhiri perayaan ekaristiMenerima sakramen tobat, yakni umat akan menerima percikan air suci dan menandai diri dengan salib sebagai lambang dia adalah anak Allah dan telah menerima janji bacaan Injil, yakni umat Katolik akan membuat tanda salib pada dahi, mulut, dan berkat LilinBiasanya lilin digunakan pada ibadah Natal dan Paskah. Lilin bermakna sebagai sumber kehidupan yang mengingatkan Kristen akan panggilan untuk menjadi garam dan terang dunia. Seperti yang kita ketahui, visi orang Kristen salah satunya adalah menjadi terang dalam juga berfungsi sebagai penghangat, seperti halnya orang Kristen yang menjadikan Alkitab sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita bisa menerapkan hukum kasih dalam Alkitab yaitu memberikan cinta kasih kepada MerpatiBagi orang Kristen merpati adalah lambang kehadiran Roh Kudus. Merpati mengingatkan kita akan pembaptisan Yesus. Selain itu merpati juga kerap digunakan sebagai simbol cinta kasih karena sifat-sifatnya, yaitu ketulusan, lemah lembut, tidak menyakiti, selalu berdamai, dan tidak menuntut MinyakMinyak dalam Perjanjian Lama menjadi simbol berkat yang diberi kewenangan oleh Allah untuk mentasbihkan raja atau menyucikan alat di kemah suci. Minayk juga menjadi lambang kesembuhan dosa dan penyakit. Saat ini minyak banyak digunakan dalam kegiatan sakramen gereja, di antaranya adalah sebagai BaptisMinyak baptis digunakan ketika membaptis orang, adalah Oleum Catechumenorum. Minyak ini melambangkan penyembuhan orang dan memberi kekuatan agar bisa menjalani hidup sebagai seorang Katolik KrismaPenerima sakramen krisma akan menerima pengurapan minyak Sanctum Chrisma. Minyak ini dibrikan sebagai lambang bahwa penerima akan diberikan rahmat Roh Kudus yang melengkapi rahmat Pengurapan Orang SakitSementara untuk orang sakit diberikan minyak Oleum Infirmorum. Minyak ini sebagai lambang penyembuhan brdasarkan kisah Alkitab pada Perjanjian Roti dan AnggurUmat Kristiani akan memakan roti dan anggur dalam ekaristia atau perjamuan kudus. Perayaan ini rutin dilaksanakan setiap minggu oleh Katolik, sedangkan dalam Protestan hanya dilaksanakan di minggu tertentu ini didasarkan perintah Yesus kepada murid-murid-Nya untuk mengaakan peringatan akan Dia dan Ia meminta mereka untuk menjadi roti serta anggut sebagai peringatan akan roti dalam anggut adalah melambangkan darah dan tubuh Yesus. Selain itu roti dan anggur juga dipercaya memiliki kuasa untuk menyembuhkan, memulihkan, serta memberikan Air SuciDi gereja Katolik biasanya ditempatkan bejana-bejana berisi air suci dekat pintu masuk gereja. Air suci ini berkaitan dengan proses pentahiran atau pembersihan diri. Pentahiran digunakan untuk mengapus najis terentu, misalnya menyentuh jenazah, haid, dan lain sebagainya. Selai itu ada beberapa alasan mengapa Katolik menggunakan air suciSebagai tanda sesal atas dosa. Penyesalan atas dosa dilambangkan dengan pembersihan diri dengan air suci. Yohanes pembaptis juga memanggil semua orang untuk menyucikan diri dan bertobat dengan membersihkan diri dengan air. Acara pembersihan diri dengan air suci masuk ke dalam acara misa saat ritus perlindungan dari yang peringatan akan KataSekian saja pembahasan lengkap dari kami mengenai simbol simbol liturgi. Semoga bisa menambah wawasan kita semua mengenai apa saja simbol liturgi yang dipercayai umat Kristen dan Cara Ibadat Sabda Tanpa ImamSikap Kristen Terhadap Ilmu PengetahuanCerita Anak Sekolah Minggu Tentang Kasih
Liturgi"Pekan Suci" hanya bisa diresapi maknanya apabila disiapkan, dirayakan dan direfleksilkan dengan sungguh-sungguh. Liturgi Gereja itu seperti kristalisasi berbagai misteri teologis yang mengagumkan, menggetarkan dan mengubah hati. Bukan hanya warnanya yang berubah, aku pun turut berubah. Sumber: MAUMERE - Mari simak Bacaan Injil Katolik Selasa 6 Juni 2023. Bacaan Injil Katolik Lengkap Renungan Harian Katolik Kalender Liturgi Katolik Peringatan Fakultatif Santo Norbertus, Uskup dan Pengaku Iman, Santo Filipus, Diakon dan Penginjil Warna Liturgi Hijau Baca juga Bacaan-bacaan Liturgi Hari Ini Senin 5 Juni 2023 Lengkap Injil Katolik Bacaan Pertama Tobit 210-23 Aku tidak tahu bahwa ada burung pipit di tembok tepat di atas diriku. Maka jatuhlah tahi hangat ke dalam mataku, lalu muncullah bintik-bintik putih. Aku pun lalu pergi kepada tabib untuk berobat. Tetapi semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku karena bintik-bintik putih itu, sampai buta sama sekali. Empat tahun lamanya aku tidak dapat melihat. Semua saudaraku merasa sedih karena aku. Dua tahun lamanya aku dipelihara oleh Ahikar sampai ia pindah ke kota Elumais. Di masa itu isteriku Hana mulai memborong pekerjaan wanita. Pekerjaan itu pun diantarkannya kepada para pemesan dan ia diberi upahnya. Pada suatu hari, yaitu tanggal tujuh bulan Dustrus, diselesaikannya sepotong kain, lalu diantarkannya kepada pemesan. Seluruh upahnya dibayar, dan ditambah juga seekor anak kambing jantan untuk dimakan. Tetapi setibanya di rumahku anak kambing itu mengembik. Maka aku memanggil isteriku dan bertanya, “Dari mana anak kambing itu? Apa itu bukan curian? Kembalikanlah kepada pemiliknya! Sebab kita tidak boleh makan barang curian!” Sahut isteriku, “Kambing itu diberikan kepadaku sebagai tambahan upah.” Tetapi aku tidak percaya kepada isteriku. Maka kusuruh dia mengembalikan anak kambing itu kepada pemiliknya. Karena perkara itu, aku sangat malu karena isteriku. Tetapi dia membantah, katanya, “Apa gunanya kebajikanmu? Apa faedahnya semua amalmu itu? Lihat saja apa gunanya bagimu!” Demikianlah Sabda Tuhan. U. Syukur kepada Allah. Mazmur Tanggapan Mzm 112Warnamerah digunakan pada hari Minggu Palma memperingati Sengsara Tuhan dan pada hari Jumat Agung; pada hari Minggu Pentakosta, dalam perayaan-perayaan Sengsara Tuhan, pada pesta para rasul dan pengarang Injil, dan pada perayaan-perayaan para martir. Warna hijau digunakan dalam Ibadat Harian dan misa selama Masa Biasa sepanjang tahun.